10 Tes Kondisi Fisik


PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada kehidupan manusia pasti akan dihadapkan dengan beberapa masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang muncul. Dengan segenap kemampuan yang dimiliki manusia, manusia akan selalu berusaha untuk menyelesaikan semua masalah-masalah itu. Tetapi terkadang seseorang akan lupa terhadap apa yang terjadi pada dirinya sendiri, lebih-lebih pada masalah fisik, yaitu tentang kesegaran jasmani. Banyak dari mereka yang sibuk, akan lupa terhadap kesehatan dan kestabilan kesegaran jasmaninya.
Kesegaran jasmani seseorang adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan beberapa komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar.
Semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani seseorang, semakin besar kemampuan fisiknya dan produktifitas kerjanya, khususnya dalam bidang olahraga. Bagi guru pendidikan jasmani ataupun pelatih, sangat penting mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa atau atlet untuk mengembangkan prestasi. Selain itu para Guru atu Pelatih akan membutuhkan sesuatu yang dinamakan dengan evaluasi. Yang bertujuan untuk mengoreksi dan mengetahui seberapa tingkat dan perkembangan setelah melakukan beberapa tahap latihan. Sebagai Pelatih dan Guru olahraga, yang bertanggung jawab atas prestasi anak asuhannya. Perlu melengkapi dirinya dengan pengetahuan tentang cara-cara mengukur dan menilai status kondisi fisik tersebut. Dan status kondisi fisik seseorang hanya mungkin diketahui dengan pengukuran dan penilaian yang berbentuk beberapa tes kemampuan.
Cara evaluasi yang tepat yang harus dilakukan yaitu dengan cara Tes dan Pengukuran terhadap atlet ataupun siswa. Tes dan pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara dan tahap yang mempunyai manfaat dan tujan dilakukannya tes tersebut. Dan tes tersebut dibagi menjadi bebrapa komponen kondisi fisik serta beberapa jenis tes yan sudah dikelompokan.
Dengan melakukan tes dan pengukuran ini kita dapat mengambil beberapa manfaat, diantaranya kita dapat mengevaluasi tahap latihan yang telah dilakukan, dengan hal itu kita dapat mengetahui seberapa perkembangan kondisi fisik seseorang, selain kita bisa mengembangkan prestasi atlet, kita juga bisa menjadikan ini sebagai bahan perbaikan dalam pemebelajaran atau pelatihan.


PEMBAHASAN
A.    Penegrtian Komponen Kondisi Fisik
Peningkatan kondisi fisik bertujuan agar kemampuan fisik atlet meningkat kekondisi puncak dan berguna untuk melakukan aktivitas olahraga dalam mencapai prestasi maksimal. Cara peningkatan fisik ada dua jalan secara metodis adalah peningkatan fisik umum dan fisik khusus. Unsur-unsur gerak fisik umum meliputi kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan dan kelentukan. Unsur-unsur gerak fisik khusus mencakup stamina, daya ledak, reaksi, koordinasi, ketepatan dan keseimbangan (Suharno HP, 1986: 35).
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya maupun pemeliharaannya (Nuril Ahmadi, 2008: 65). Artinya bahwa dalam suatu usaha peningkatan kondisi fisik, seluruh komponen tersebut juga harus dikembangkan. Menurut ismaryati (2008:37) kebugaran atau kesegaran jasmani adalah kata lain dari physical fitness. Yaitu kemampuan tubuh untuk menyesuaikan funngsi alat alat tubuhnya dalam dalam batas batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan dan atau kerja fisik dengan cara yang cukup efesien tanpa lelah secara berlebihan,
Untuk mengetahui  dan menilai tingkat kesegaran jasmani seseorang dilakukan dengan pengukuran komponen kesegaran jasmani yaitu komponen-komponen kondisi fisik terdiri dari kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan reaksi.
1.      Kelincahan
Kelincahan merupakan  salah satu komponen kesegaran jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian bagian nya, ismaryati (2008:4). Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh atau bagian bagiannya secara tepat dan cepat, (kirkendall, gruber , dan johnson, 1987:122).
Kelincahan atau agillity adalah kemampuan untuk mengubah arah tau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama sama dengan gerakan lainnya.widiastuti(2011:17). Tanpa kelincahan anak dikatakan tidak dalam keadaan normal atau mungkin sedang sakit. Jadi kelincahan harus menepati prioritas utama dalam melatih kesegaran jasmani setiap anak atau atlet. Bagi orang dewasa kelincahan tidak berarti kurang penting ,tetapi dilihat dari kebutuhan serta aktivitas yang dilakukan, kelincahan terbatas pada cabang olahrga yang dilakukan.
2.      Keseimbangan
Keseimbangan terdapat dua  macam yaitu keseimbangan statis dan dinamis  keseimbangan statis adalah kemapuan mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan diam, seddangkan keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan bergerak, misalnya berlari,berjalan,melambung dan sebagainya. Keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf otot (M. Sajoto, 1995:9). 
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang pada saat melakukan gerakan tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera penglihatan, kanalis semisis kuralis pada telinga dan reseptor pada otot. Diperlukan tidak hanya pada olah raga tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari (Dangsina Moeloek, 1984 : 10).  Keseimbangan ini penting dalam kehidupan maupun olah raga untuk itu penting dimana tanpa keseimbangan orang tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Seorang pemain sepak bola apabila memiliki keseimbangan yang baik, maka pemain itu akan dapat mempertahankan tubuhnya pada waktu menguasai bola. Apabila keseimbangannya baik maka pemain tersebut tidak akan mudah jatuh dalam perebutan bola maupun dalam melakukan body contact terhadap pemain lawan.
3.      Koordinasi
Koordinasi didefenisikan sebagai hubungan yang harmonis dari hubungan saling berpengaruh diantara kelompok kelompok otot selama melakukan kerja yang ditunjukkan dengan berbagai tingkat keterampilan. Koordinasi ini sangat sulit dipisahkan secara nyata dengan kelincahan sehingga kadang kadang suatu tes koordinasi juga bertujuan mengukur kelincahan Ismaryati (2008:54).  sedangkan menurut M.Sajoto (1995:9) koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.
4.      Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan kecepatan tercepat.ditinjau dari sitem geraka kecepatan adalah kemampuan dasar mobilitas  sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan gerakan pada kecepatan tertentu. Dari sudut pandang mekanika kecepatan diekspresikan sebagai rasio antara jarak dan waktu (Bompa 1990).  Kecepatan merupakana kemauan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat singkat nya(Sajoto1995:9).
5.      Power
Power atau daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosif (pyke dan watson 1978). Power merupakan hasil perkalian antara gaya (force)  dan jarak (distance) dibagi dengan waktu (time} atau juga dapat power  dinyatakan sebagai kerja dibagi waktu(kirkendall,1987).

6.      Reaksi
Reaksi adalah periode antara diterimanya rangsang atau stimuli dengan permulaan munculnya jawaban (respon). Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepat nya dalam menanggapi rangsangan yajg ditimbulkan lewat indera  syarat atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi datang nya bola yang harus ditangkap dan lain lain Sajoto (1995:10).
7.      Daya  Tahan
Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1995:8). Daya tahan adalah kemampun untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama, dan setelah berlatih dalam jangka waktu lama tidak mengalami kelelahan yang berlebihan (Garuda Mas, 2000 : 89).
8.      Ketepatan
Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan-gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bidang tubuh (M. Sajoto, 1995:9). Dengan latihan atau aktivitas olahraga yang menuju tingkat kesegaran jasmani maka ketepatan dari kerja tubuh untuk mengontrol suatu gerakan tersebut menjadi efektif dan tujuan tercapai dengan baik. 
9.      Kekuatan
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8).  Kekuatan adalah kemampuan untuk membangkitkan ketegangan otot terhadap suatu keadaan (Garuda Mas, 2000 : 90).  Kekuatan memegang peranan yang penting, karena kekuatan adalah daya penggerak setiap aktivitas dan merupakan persyaratan untuk meningkatkan prestasi. 
1O.  Daya Lentur
Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh permukaan tubuh (M. Sajoto, 1995:9). Kelentukan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian. Jadi meliputi hubungan antara tubuh persendian umumnya tiap persendian mempunyai kemungkinan gerak tertentu sebagai akibat struktur anatominya. Gerak yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari adalah fleksi batang tubuh tetapi kelentukan yang baik pada tempat tersebut belum tentu di tempat lain pula demikian (Dangsina Moeloek, 1984 : 9)

B.     Pengukuran Komponen Kebugaran Jasmani melalui Tes dan Norma

1.      Kekuatan

1.1. Tes Kekuatan Genggam tangan kanan/kiri

Tujuan             : Untuk mengukur Kekuatan genggam tangan kanan/kiri
Alat                 : Hand grip dynamometer
Pelaksanaan     : peserta berdiri tegak, kaki di renggangkan selebar bahu, tangan kanan/tangan kiri terletak di samping badan dalam posisi lurus, mengengam alat Hand grip dynamometer. Peserta meremas alat dengan sekuat tenaga. Pada saat meremas alat, lengan membuat sudut 20-30 derajat dengan tubuh (ketiak tidak menutup). Tes ini dilakukan bergantian antara tangan kanan dan kiri masing – masing dua kali.
Penilaian          : Skor kekuatan genggaman terbaik dari dua kali percobaan.
Data Norma    :
Jenis kelamin
Baik sekali
Baik
Cukup
sedang
kurang
Laki
Ø  56
51 - 56
45 - 50
39 - 44
< 39
Perempuan
Ø  36
31 - 36
25 - 30
19 - 24
< 19
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzFWPLQTo1GkcnAe7HnWMhzivNcrveAqBRzwQZhgJHVpzKWQk6ou7CVxAqC4Hz-QVNxr9nDvxIvmlTRiDDcks1r4sfhdWP5PIkmDzkzQdK87wvEFWh1BKrXE1fpHLW3IW0D5z5sa27Kykf/s320/P_20160326_092202.jpgSumber : (Widiastuti, 2011 : 77)






Gambar 1.1. Alat Hand Grip Dynamometer

1.2.Tes Tarik dan Dorong/Push and Pull

Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot tangan dalam menarik dan mendorong
Alat     : Pull and Push dynamometer
Pelaksanaan     : peserta tes berdiri tegak dengan kaki direnggangkan dan pandangan lurus kedepan. Tangan memegang pull and push dynamometer dengan kedua tangan didepan dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Tari alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat menarik/mendorong. Alat tidak boleh menempel pada dada. Tangan dan siku tetap sejajar dengan bahu. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali.
Penilaian          : skor kekuatan tarik dan dorong terbaik dari dua kali percobaan.
Data Norma    :
Jenis kelamin
Baik
Sedang
kurang
Laki
Ø  52
40 – 52
< 40
Perempuan
Ø  30
20 – 30
< 20
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 79)
Description: Gambar terkait



Gambar 1.2. Alat Pull and Push dynamometer

1.3.Tes kekuatan otot punggung

Tujuan                 : Untuk mengukur kekuatan otot punggung
Alat                     : Back and Leg dynamometer
Pelaksanaan         : peserta tes berdiri di atas back and leg dynamometer. Tali rantai pada alat diatur sehingga seseuai dengan posisi berdiri. Peserta tes menarik alat dengan posisi tangan lurus ke bawah, punggung membengkuk dan pandangan ke depan. Alat ditarik dengan menggunakan kekuatan otot punggung. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali.
Penilaian              : Skor terbaik dari dua kali percobaan di catat sebagai skor.         
Data Norma    :
Jenis kelamin
Baik
Sedang
kurang
Laki
Ø  177
126 – 176
< 125
Perempuan
Ø  98
52 – 97
< 51
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 79)

1.4. Tes Kekuatan otot tungkai

Tujuan                 : untuk mengukur kekuatan otot tungkai
Alat                     : Back and Leg dynamometer
Pelaksanaan         : peserta tes berdiri di atas back and dynamometer. Tali rantai pada alat diatur seseuai dengan posisi setengah jongkok dengan punggung tetap tegak lurus. Kedua lutut bengkok dan rantai diletakkan diantara kedua tungkai, tangan memegang alat lurus ke bawah. Alat ditarik dengan menggunakan kekuatan otot tungkai tanpa bantuan otot tangan dan otot punggung. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali.
Penilaian              : Skor terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor.
Data Norma    :
Jenis kelamin
Baik
Sedang
kurang
Laki
Ø  214
160 - 213
< 159
Perempuan
Ø  114
66 - 113
< 65
Description: Hasil gambar untuk back and leg dynamometerSumber : (Widiastuti, 2011 : 79)





Gambar 1.3 dan 1.4. Alat Back and Leg Dynamometer

1.5.Tes Sit-Up

Tujuan                 : Untuk mengetahui kekuatan otot perut seorang Atlet
Alat                     : Alas, stopwatch dan Rekan untuk memegangi kaki
Pelaksanaan         : berbaring dengan lutut ditekuk, kaki rata dengan lantai  dan tangan dilipat menyilangi dada. Mulai sit up dengan punggung di lantai, angkat diri anda posisi 90 derajat dan kembali kelantai. Kaki boleh dipegang oleh rekan. Catat jumlah sit up selama 30 detik.
Penilaian              : jumlah hitungan gerakan yang benar dilakukan.
Data Norma    :
Jenis kelamin
Baik
Cukup
Sedang
Kurang
Buruk
Laki
Ø  30
26 - 30
20 - 25
17 – 19
< 17
Perempuan
Ø  25
21 - 25
15 - 20
9 – 14
< 9
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 92)
Description: Hasil gambar untuk sit up
 





Gambar 1.5. Cara melakukan gerakan sit-up

1.6. Tes Push-Up

Tujuan                 : mengukur kekuatan otot lengan dan bahu seorang atlet
Alat                     : Alas, Stopwatch, dan Rekan
Pelaksanaan         : berbaring diatas alas, tangan dibuka selebar bahudan regangkan tangan ke bawah, turunkan badan sehingga membentuk sudut 90 derajat. Kembali ke posisi awal dengan tangan kembali diregangkan kaki tidak boleh dipegang. Kegiatan push up harus terus dilakukan tanpa istirahat dan lakukan sebanyak mungkin. Bagi perempuan karena tenaga yang lebih sedikit maka push up mereka dimodifikasi dengan cara lutut di tekuk.
Penilaian              : catat jumlah total dari jumlah push up
Data Norma    :
Laki
Umur
Baik sekali
baik
Cukup
Sedang
kurang
20 – 29
Ø  54
45 – 54
35 – 44
20 - 34
< 20
30 – 39
Ø  44
35 – 44
25 – 44
15 - 24
< 15
40 – 49
Ø  39
30 - 39
20 – 29
12 - 19
< 12
50 – 59
Ø  34
25 - 34
15 – 24
8 – 14
< 8
60 -
Ø  29
20 - 29
10 – 19
5 - 9
< 5
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 93)
Perempuan
Umur
Baik sekali
baik
Cukup
Sedang
kurang
20 – 29
Ø  48
34 - 38
17 – 33
6 - 16
< 6
30 – 39
Ø  39
25 - 39
12- 24
4 – 11
< 4
40 – 49
Ø  34
20 – 34
8 – 19
3 – 7
< 3
50 – 59
Ø  29
15 – 29
6 – 14
2 – 5
< 2
60 -
Ø  19
5 – 19
3 – 4
1 – 2
< 1
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 93)Description: Hasil gambar untuk push up





Gambar 1.6. Cara melakukan gerakan Push -  Up

1.7.Tes Wall Squat

Tujuan             : Mengetahui ketahanan kekuatan otot Quadriceps seorang atlet
Alat                 : tembok yang permukaannya halus, stopwatch, dan seorang penghitung
Pelaksanaan     : berdiri dengan nyaman dengan kedua kaki anda berlawanan dengan tembok, turunkan secara perlahan punggung dan harus terbentuk sudut 90 derajat. Angkat satu kaki 5 cm dari lantai, lalu rekan mulai menyalakan stopwatch dan bertahan tubuh selama mungkin sampai kaki jatuh ke lantai.
Penilaian          : hitungan detik dari mulai angkat kaki sampai kaki menyentuh lantai
Data Norma    : untuk atlet 16 – 19 tahun
Jenis kelamin
baik
Cukup
Sedang
Kurang
Buruk
Laki
Ø 102 detik
102 – 76 detik
75 – 58 detik
57 – 30 detik
< 30 detik
Perempuan
Ø 60 detik
60 – 46 detik
45 – 36 detik
35 – 20 detik
< 20 detik
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 96)

2.      Daya Tahan (endurance)

2.1. Lari multi tahap ( bleep test)

Tujuan             : Untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler VO2 maksimal
Alat dan fasilitas :
1.      Pita cadence (irama)untuk lari bolak balik
2.      Mesin pemutar kaset (tape recorder)
3.      Lintasan lari jarak 20 meter pada permukaan datar rata dan tidak licin
4.      Stopwatch
5.      Kerucut pembatas atau patok 4
6.      Fomulir tes dan alat tulis
Pelaksanaan :
1.      Lari ke arah ujuang/ akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki di belakang garis batas pada saat terdengar bunyi “ tuut”
2.      Apabila telah sampai sebelum bunyi “tuut” harus bertumpu pada titik putar menanti bunyi kemudian lari ke arah yang berlawanan agar dapat mencapai tepat pada saat tanda berikutnya bunyi.
3.      Kecepatan lari harus semakin bertambah cepat,karena waktu akan pada semakin pendek.
4.      Harus mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan
5.      Gerakan balikan yaitu berputar bukan membuat belokan karena akan memakan waktu lebih banyak
6.      Panitia harus memberhentikan peserta apabila peserta tertinggal tanda bunyi “tuut” dua kali lebih dari dua langkah di belakang garis ujung.
Penilaian          :
Catat level dan shuttle run terakhir yang dapat dilakukan atau diselesaikan oleh peserta lalu di komversikan ke dalam table untuk dapat di ketahui prediksi kemampuan aerobiknya.
Norma penilaian :

Pria
Umur
1. Jelek
2. Di Bawah Rata-rata
3. Rata-rata
4. Di Atas Rata-rata
5. Excellent
Superior
13-19
<35.0
35.0 - 39.9
40.5 - 45.1
45.2 - 50.9
51.0 - 55.9
>55.9
20-29
<33.0
33.0 - 39.2
39.9 - 43.3
43.9 - 48.7
49.3 - 52.5
>52.6
30-39
<31.5
31.5 - 38.4
38.5 - 41.8
42.4 - 47.4
48.0 - 51.4
>51.6

Wanita
Umur
1. Jelek
2. Di Bawah Rata-rata
3. Rata-rata
4. Di atas Rata-rata
5. Excellent
Superior
13-19
<33.0
33.0 - 37.1
37.8 - 42.4
43.3 - 46.8
47.4 - 52.5
>52.6
20-29
<31.5
31.5 - 35.7
36.5 - 41.9
42.4 - 44.9
45.2 - 49.4
>50.2
30-39
<30.2
30.2 - 35.5
35.6 - 38.9
39.2 - 44.5
44.8 - 48.0
>48.0

1.2.Lari 12 Menit

Tujuan : untuk mengukur daya tahan jantung paru
Alat     : lintasan sepanjang 2.4 km, stopwatch, nomor dada, bendera start, dan alat tulis
Pelaksanaan     : peserta tes berlari selama 12 menit dari saat diberikan aba-aba : ya hingga batas waktu 12 menit habis dengan ditandai bunyi pluit. Apabila sebelum waktu 12 menit selesai, namun peserta tes merasa kelelahan maka ia dapat meneruskan dengan berjalan kemudian berlari lagi.
Penilaian          : catatan waktu yang hasil dicapai oleh setiap peserta tes, kemudian dikonversikan ke dalam table norma :
Jenis kelamin
Umur (tahun) dan waktu (menit, detik)
Kategori
< 30
30 - 39
40 – 49
Ø  49
Pria
>2.815
>2.654
>2.493
>2.413
Sangat Baik
Wanita
>2.654
>2.493
>2.233
>2.172
Pria
2.414-2.815
2.253-2.654
2.092-2.493
2.012-2.413
Baik
Wanita
2.253-2.654
2.092-2.493
1.851-2.333
1.690-2.172
Pria
2.212-2.413
1.851-2.252
1.690-2.091
1.609-2.011
Sedang
Wanita
1.851-2.252
1.690-2.091
1.529-1.850
1.368-1.689
Pria
1.609-2.011
1.529-1.850
1.368-1.689
1.288-1.608
Kurang
Wanita
1.529-1.850
1.368-1.689
1.207-1.528
1.046-1.367
Pria
< 1.608
< 1.528
< 1.367
< 1.287
Sangat Kurang
Wanita
< 1.528
< 1.367
< 1.206
< 1.045
Sumber : (Wahjoedi, 2001 : 75)

1.3.Tes Naik Turun Bangku ( Harvard Step Ups Test )

Tujuan : Untuk mengetahui kesehatan jantung paru
Alat     : bangku dengan tinggi 48 cm untuk pria dan 43 cm untuk wanita, stopwatch, metronom dan stetoskop apabila diperlukan.
Pelaksanaan     : @ peserta tes berdiri menghadap bangku Harvard dengan posisi tegak lurus
                          @ Peserta haruskan naik turun bangku dengan irama 120 X permenit yang di atur dengan metronom, selama 5 menit.
                          @ Peserta tes menaikkan kaki kanan pada bangku setelah diberi aba-aba mulai dan bersamaan dengan itu stopwatch dihidupkan, kemudian naikkan kaki kiri disamping kaki kanan, lalu turunkan kaki kanan dan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya sesuai dengan irama.
Penilaian          : Hitungan jumlah denyut Nadi
Norma kategori :
Hasil
Skor
Kategori
Ø  90
5
Sangat baik
80 – 89
4
Baik
65 – 79
3
Sedang
50 – 64
2
Kurang
< 50
1
Sangat kurang
Sumber : ( Wahjoedi, 2001 : 74 )

3.Daya Otot ( Power )

3.3. Standing long jump test ( Broad Jump )

Tujuan : Untuk mengukur power dari otot-otot tungkai.
Tingkatan Umur   :  mulai dari 6 tahun hingga dewasa.
jenis Kelamin : pria dan wanita
Perlengkapan dan alat: matras dan lantai yang rata, pita atau bubuk kapur untuk garis tempat tolakan, pita pengukur,  blangko dan alat tulis.
Petunjuk pelaksanaan tes:
Orang  coba berdiri dibelakang garis dengan kedua kaki sejajar dan membengkokkan lutut membentuk sudut 90 - 110°. Sambil mengayun kedua lengan lakukan lompatan sejauh mungkin. Diberikan kesempatan 3 kali dan diambil loncatan terbaik.
Skor : Jarak yang diukur dari garis start ke tempat mendarat terdekat.
Norma tes :
Kategori untuk laki-laki
Cm
Inci
Baik sekali
Ø  250
Ø  8’ 2.5”
Baik
241 – 250
7’ 11’’ – 8’ 2.5”
Cukup
231 – 240
7’ 7” – 7’ 10.5”
Sedang
221 – 230
7’ 3” – 7’ 6.5”
Kurang
211 – 220
6’ 11” – 7’ 2.5”
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 105)
Kategori untuk perempuan
Cm
Inci
Baik sekali
Ø  200
Ø  6’ 6.5”
Baik
191 – 200
6’ 3” – 6’ 6.5”
Cukup
181 – 190
5’ 11.5” – 6’ 2.5”
Sedang
171 – 180
5’ 7.5” – 5’ 11”
Kurang
161 – 170
5’ 3.5” – 5’ 7”
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 105)

 3.2. Tes loncat Vertical Jump

Tujuan : Untuk mengukur power dari kedua tungkai dengan cara meloncat secara vertikal.
Tingkatan Umur   :  mulai dari 9 tahun hingga orang dewasa.
Jenis Kelamin : pria dan wanita
Perlengkapan dan alat: papan skala, bubuk kapur/bedak, dinding dengan permukaan yang rata dengan tinggi minimal 3.65 meter, blangko dan alat tulis.
Petunjuk pelaksanaan tes:
Orang  coba berdiri menyamping dengab kaki rapat terhadap dinding yang telah dipasangi papan skala, dan menjangkau dengan lengan lurus setinggi mungkin pada skala. Catat tinggi raihan tersebut. Kemudian orang coba mencucukan tiga jari bagian tengah ke bubuk kapur dan mengambil sikap jongkok dengan lutut membentuk sudut 90 - 110° seperti semula. Sambil mempertahankan kedua tumit tetap kontak dengan lantai, orang coba sekuat dan secepatnya meloncat keatas dan meraih titik tertinggi pada papan skala. Diberikan kesempatan 3 kali dan diambil loncatan terbaik.
Skor     : ambil selisih antara tinggi raihan dan tinggi lompatan diambil sebagai hasil  loncatan vertical.
NORMA PENILAIAN VERTICAL JUMP (JARAK)
JARAK LONCATAN (CM)
NILAI
PRIA
WANITA
 > 89
> 63
10
85 – 88
60 – 63
9
81 – 84
56 – 59
8
76 – 80
53 – 55
7
71 – 75
49- 52
6
66 – 70
46 – 48
5
60 – 65
41 – 45
4
50 – 59
36- 40
3
40 – 49
31 – 35
2
< 39
<  30
1

NORMA PENILAIAN VERTICAL JUMP (KERJA)
JARAK LONCATAN (kerja)
KLASIFIKASI
PRIA
WANITA
>  301
> 134
Baik Sekali
240- 300
108 – 133
Baik
115 – 239
55 -  107
Cukup
54 – 114
30  -  54
Kurang
0 -  53
0  -  29
Kurang Sekali

 3.3. Tes Panjat Tambang Vertikal (Vertical Arm Pull test)

Tujuan : Untuk mengukur power dari kedua lengan dengan cara memanjat tali secara vertikal.
Tingkatan Umur   :  mulai dari 14 tahun hingga dewasa.
Jenis Kelamin : pria
Perlengkapan dan alat: tali panjat, kursi atau bangku setinggi 38-40 cm, bubuk kapur, pita pengukur,  blangko dan alat tulis.
Petunjuk pelaksanaan tes:
Berat badan orang coba ditimbang dan sebaiknya berpakaian olahraga yang ringan dan tidak mengganggu pergerakan serta tanpa sepatu,  duduk di kursi/bangku tepat dibawah tali panjat yang tergantung. Kemudian kedua tangan menjangkau dan menggenggam tali pada titik tertinggi tanpa mengangkat pantat dari kursi dan kaki dalam posisi menggantung. Pengetes menempatkan tanda pada bagian atas dari tangan tertinggi yang menggenggam tali.   Kemudian, dengan satu kali usaha maksimal, orang coba menarik-angkat tubuhnya setinggi mungkin. Pengetes menempatkan kembali tanda diatas tangan tertinggi yang menggenggam tali. Diberikan kesempatan 3 kali dan diambil hasil terbaik.
Skor : selisih jarak yang diukur dari tanda pertama ke tanda kedua.

NORMA PENILAIAN VERTICAL ARM PULLTEST (JARAK)
JARAK RAIHAN (CM)
KLASIFIKASI
12 S/D 14 thn
15 S/D 17 thn
61.6 – 66.7
66.0 – 74.9
BAIK SEKALI
57.2 – 60.3
62.2 – 65.4
BAIK
38.1 – 56.5
48.3 – 61.6
CUKUP
30.5 – 37.5
38.7 – 47.6
KURANG
0  -  29.8
0  -  38.1
KURANG SEKALI
Sumber : Practical Measurement for Evaluation  in Physical education, Barry.L. Jhonson, 1979

3.4. Tes Mendorong Bola MedicineTwo-Hand Medicine Ball Pull Test)

Tujuan : Untuk mengukur power dari kedua lengan  dengan cara mendorong bola medisin seberat 2.7 kg.
Tingkatan Umur   :  mulai dari 12 tahun hingga dewasa.Jenis Kelamin : pria dan wanita
Perlengkapan dan alat: bola medisin seberat  2.7 kg, pita atau bubuk kapur, tali katun ukuran kecil sepanjang  2 meter, kursi atau bangku duduk, pita pengukur,  blangko dan alat tulis.
    Petunjuk pelaksanaan tes:
Orang  coba duduk tegak di kursi sambil memegang bola medisin dengan kedua tangan dan tali dilingkarkan di dada dan ditahan oleh seorang pembantu. Pengetes memberi tanda dengan pita di lantai pada bagian depan dari kaki  kursi. Dengan gerakan passing dada (chest pass) orang coba mendorong sekuat dan sejauh mungkin bola medisin tanpa ada pergerakkan tubuh. Pengetes memberi tanda pada tempat jatuhnya bola. Diberikan kesempatan 3 kali dan diambil hasil terbaik.
Skor : jarak tepanjang yang diukur dari tanda pertama ke tanda tempat jatuhnya bola.
NORMA PENILAIAN TWO-HAND MEDICINE BALL PUT (JARAK)
JARAK TOLAKAN (meter)
KLASIFIKASI
PRIA
WANITA
> 26
>  15
BAIK SEKALI
22-  25
13  -  14
BAIK
14  -  20
8  -  12
CUKUP
10  -  12
5  -  7
KURANG
0  -  9
0  -  4
KURANG SEKALI
Sumber : Practical Measurement for Evaluation  in Physical education, Barry.L. Jhonson, 1979

4.Kecepatan (Speed)

 4.1. Lari 50 meter

Tujuan             : Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan
Alat dan Fasilitas :
1.      Lintasan lurus,rata,tidak licin,mempunyai lintasan lanjutan,berjarak 50 m
2.      Bendera start
3.      Peluit
4.      Tiang pancang
5.      Stopwacth
6.      Serbuk kapur
7.      Formulir tes
8.      Alat Tulis
Petugas Tes
1.      Petugas Pembebrangkatan
2.      Pengukur waktu merangkap sebagai pencatat hasil
Pelaksanaan
1.      Sikap permulaan
Peserta berdiri di belakang garis star
2.      Gerakan
a)      Pada aba – aba “SIAP” peserta mengambil sikap star berdiri ,sikap untuk lari
b)      Pada aba – aba “YA” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish.
3.      Lari masih Bisa diulang apabila peserta:
a)      Mencuri start
b)      Tidak melewati garis finish
c)      Terganggu oleh pelari lainnya
d)     Terpeleset
Pengukuran waktu :
Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat sampai pelari melintasi garis finish
Pencatat hasil :
1)      Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 50 m dalam satuan detik
2)      Waktu dicatat satu angka dibelakang koma,
Tabel penialian lari 50 meter

Skor
Lari 50 meter
Putra
Kriteria
Lari 50 meter putri
5
s.d  - 6.7
Baik sekali
s.d – 7.7
4
6.8 - 7.6
Baik
7.8 – 8.7
3
7.7 -  8.7
Cukup
8.8 – 9.9
2
8.8 -10.3
Kurang
10.0 – 11.9
1
10.4-dst
Kurang sekali
12.0 –dst

1.2.Tes akselerasi 30 meter

Tujuan : Untuk memgetahui kemampuan lari dengan cepat dan kemampuan kecepatan
Alat     : Jalur 400 meter, jalur yang ditandai didepan sepanjang 25 meter, stopwatch, dan rekan
Pelaksanaan     : tes ini terdiri dari lari 3 x 30 meter dimulai dari start berdiri, blok start dan dengan istirahat yang cukup untuk memulai tes diantara tes lari yang berikutnya. Rekan harus mencatat waktu yang habiskan untuk melakukan lari 30 meter.
Jenis kelamin
Baik sekali
Baik
cukup
Sedang
kurang
Laki
< 4.0
4.2 – 4.0
4.4 – 4.3
4.6 – 4.5
> 4.6
Perempuan
< 4.5
4.6 – 4.5
4.8 – 4.7
5.0 – 4.9
> 5.0
Norma penilaian          : untuk atlet 16 – 19 tahun
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 116)

1.3.Tes terbang 30 meter

Tujuan : untuk mengetahui kemampuan lari dengan kecepatan seorang
Alat     : Jalur 400 meter – 60 meter sudah di tandai, corong untuk menandai poin 30 meter, stopwatch dan rekan.
Pelaksanaan     : tes ini terbagi menjadi lari 3 x 60 meter dari start berdiri dan dengan pemulihan penuh diantara tiap hari. Atlet mengunakan 30 meter pertama untuk membangun kecepatan maksimum dan terus mempertahankannya sepanjang 60 meter. Tes ini dapat digabung dengan tes kecepatan 60 meter. Rekan harus mencatat waktu untuk sang atlet untuk menyelesaikan :
Ø  30 meter pertama
Ø  60 meter
Norma Nilai :
Ranking
Perempuan
Pria
91 – 100
2.90 – 2.99 detik
2.50 – 2.59 detik
81 – 90
3.00 – 3.09 detik
2.60 – 2.69 detik
71 – 80
3.10 – 3.19 detik
2.70 – 2.79 detik
61 – 70
3.20 – 3.29 detik
2.80 – 2.89 detik
51 – 60
3.30 – 3.39 detik
2.90 – 2.99 detik
41 – 50
3.40 – 3.49 detik
3.00 – 3.09 detik
31 – 40
3.50 – 3.59 detik
3.10 – 3.19 detik
21 – 30
3.60 – 3.69 detik
3.20 – 3.29 detik
11 – 20
3.70 – 3.79 detik
3.30 – 3.39 detik
1 – 10
3.80 – 3.89 detik
3.40 – 3.49 detik
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 117)

2.      Kelentukan ( Flexibility )

5.1. Sit and Reach Test

Tujuan : Mengukur kelentukan batang tubuh dan sendi panggul
Alat     : Lantai padat dan rata serta bangku/boks berskala dalam satuan Cm
Pelaksanaa       : peserta tes duduk dilantai dengan kedua kaki lurus, telapak kaki tanpa alas menempel rapat pada permukaan bangku/boks dengan bagian belakang lutut lurus menempel pada lantai.
Skor     : yaitu dua kali kesempatan dan di ambil nilai terjauh
Norma kategori :
Jauhna Raihan ( cm )
Skor
Kategori Kelentukan
Ø  19
5
Sangat Baik
11.5 – 19
4
Baik
(-1.5) – 11.5
3
Cukup
(-6.5) – (-1.5)
2
Sedang
< (-6,5)
1
Kurang
Sumber : ( Wahjoedi, 2001 :74 )

5.2. Tes statis fleksibilitas pergelangan kaki (Dr.Widiastuti,M.Pd)

Tujuan : Untuk mengukur kemampuan fleksibilitas pergelangan kaki teste
Alat dan fasilitas :
1.      Bidang yang datar atau gedung yang mempunyai dinding tembok.
2.      Stopwatch
3.      Alat tulis
4.      Formulir tes
Pelaksanaan     :
1.      Berdiri menghadap dinding,ujung jari menyentuh dinding,dan bersandar poada dinding
2.      Geser kaki menjauhi dinding secara perlahan sejauh mungkin
3.      Pertahankan kaki untuk berdiri,tubuh dan lutut dan lutut terbuka lebar sedangkan dada tetap menempel pada dinding
4.      Ukur jarak antara ujung kaki dengan dinding.jarak paling pendek adalah ¼ inci
5.      Ulangi sebanyak tiga kali dan catat hasil jarak terbaik.
Penilaian : Ukuran di nyatakan dalam satuan inci.
 Table penilaian penilaian fleksibilitas kaki
Kategori
Laki-laki
Perempuan
Sempurna
Ø  35.00
Ø  32.00
Baik
35.00 – 32.51
32.00 – 30.51
Cukup
32.50 – 29.51
30.50 – 26.51
Kurang
29.50 – 26.50
26.50 – 24.25
Buruk
< 26.50
<24.25

5.3. Tes statis fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan.

Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan teste
Alat dan fasilitas :
1.      Bidang yang datar
2.      Alat tulis
3.      Formulir tes
Pelaksanaan :
1.      Berbaring tengkurap di lantai dengan ke dua tangan diluruskan memegang sebuah tongkat
2.      Naikkan tongkat setinggi mungkin,wajah mengikuti gerakan tongkat
3.      Ukur jaraj naikknya tongkat dari lantai .jarak terpendek adalah ½ inci
4.      Ulangi sebanyak tiga kali dan catat jarak terbaik
5.      Ukur jarak pangkal lengan hingga jari yang terpanjang
6.      Catat nilai terbaik dari jarak lengan
Penilaian fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan :
Klasifikasi
Laki- laki
Perempuan
Sempurna
>12.50
>11.75
Baik
12.50 – 11.50
11.75 – 10.75
Cukup
11.49 – 8.25
10.74 – 7.50
Kurang
8.24 – 6.00
7.49 – 5.50
Buruk
<6.0
< 5.50

Sementara itu dari posisi tidur terlentang, berikut langkah-langkah melakukan kayang.
·         Tidur terlentang
·         Menekuk dua lutut
·         Merapatkan tumit pada bagian pantat atau pinggul
·         Menelungkupkan dua tangan di samping kepala dengan jempol di samping telinga
·         Mengangkat badan, dimulai dari pinggul, perlahan dan meluruskan posisi tangan dan kaki yang semakin berdekatan
·         Kembali ke posisi awal tidur terlentang
Selain mengetahui teknik melakukan kayang yang tepat dan benar, satu hal lain yang harus Anda pastikan adalah mengenai beberapa kesalahan umum yang biasa terjadi dalam melakukan olahraga kayang. Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan tersebut, Anda bisa menghindarinya dan secara tidak langsung mengetahui bagaimana melakukan kayang yang tepat dan benar. Beberapa di antara kesalahan umum dalam melakukan kayang adalah sebagai berikut;
·         Jauhnya jarak kaki dan tangan
·         Tidak lurusnya posisi siku karena karena otot yang kaku
·         Kurang melenting/membusur ke belakangnya badan karena kurangnya kelenturan tubuh
·         Kurangnya keseimbangan
·         Posisi kepala yang terlalu menengadah ke atas

5.4. Tes Duduk dan Raih yang telah dimodifikasi

Tujuan: Untuk mengukur pengembangan dari pinggul dan kembali berbelok seperti juga perluasan otot-otot urat lutut pada kaki. Obyeknya adalah untuk melihat seberapa jauh anda dapat meluaskan ujungjari-ujungjari mu di luar garis kaki mu dengan kaki-kaki yang lurus.
Spesifikasi olahraga: (1) Melompat, menyelam, dan keahlian trampolin; (2) lengan lurus, kaki lurus menekan kepada jungkir di dalam latihan lantai sebagaimana di dalam ketrampilan-ketrampilan olahraga senam yang lain.
Tingkatan Usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu tes untuk kedua-duanya baik anak laki-laki dan anak perempuan.
Peralatan: Flexomeasure dengan alat ukur dan tape.
Petunjuk: (1) Baris tanda 15-inch dari alat ukur dengan satu baris di atas lantai dan beri tali pita ujung dari tongkat ukur ke lantai sehingga kasus flexomeasure (sisi jendela) menghadap ke bawah. (2) duduk dan luruskan tumitmu dekat tepi tanda 15-inch dan luncurkan tempat dudukmu pada luar angka kosong sebagai akhir dari ukuran. (3) Harus mempunyai suatu teman yang berdiri dan mengait jari kakinya melawan terhadap tumitmu. Juga, mempunyai satu pembantu di masing-masing sisi untuk memegang lutut-lututmu di suatu posisi yang terlihat sebagaimana Anda persiapkan untuk melakukan peregangan. (4) Dengan tumit tidak lebih dari 5 inci terpisah, pelan-pelan lakukan peregangan maju, selagi mendorong alat flexomeasure sejauh dan sepanjang mungkin dengan ujung-ujung jari dari kedua tangan. Ambil kesempatan bacamu di dekat ujung dari alat flexomeasure.
Menentukan skor: Dari tiga percobaan terbaik yang diukur pada perempat yang paling dekat dari suatu inci adalah hasil skor test mu.

Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi di Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
Tingkatan
Wanita
23¾ - lebih
Dikedepankan/Canggih
25¾ - lebih
21¼ - 23½
Adv. Intermediate/antara
22 - 25½
18¾ - 21
Intermediate/antara
20 - 22¼
17 - 18½
Adv. Pemula
18 - 19¾
Di bawah - 16¾
Pemula
Di bawah - 17 ¾

5.5. Tes Merobek Sisi

Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan di dalam mengangkangkan kaki. Sasarannya untuk mendapatkan selangkangan sedekat mungkin dengan lantai.
Spesifikasi Olahraga dan Tarian: (1) Melompat, berlatih lantai, dan gandar keseimbangan; (2) tarian modern dan tari balet.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk kedua-duanya, anak laki-laki dan anak perempuan.
Peralatan: Sama seperti untuk Tes front-to-Rear Splits.
Petunjuk: Sama seperti untuk Tes front-to-Rear Splits Test, kecuali melebarkan kaki-kaki terpisah (sisi kepada sisi) sampai selangkanganmu sedekat mungkin pada lantai.
Menentukan Skor: Sama dengan Tes front-to-Rear Splits, kecuali penggunaan skala yang ditampilkan di dalam
Petunjuk tambahan: (1) Lutut harus dikunci pada saat pengukuran. (2) Tangan-tangan pemain itu boleh menyentuh lantai untuk keseimbangan selama perjanjian (3) Kemiringan pemain itu harus tidak menggeser posisi vertikal sebelumnya selama pengukuran.
Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
Tingkatan
Wanita
3 – 0
Dikedepankan/Canggih
2,75 – 0
8 – 3,25
Adv. Intermediate/antara
7,50 – 3
17,50 – 8,25
Intermediate/antara
16,75 – 7,75
2250 -1775
Adv. Pemula
21,50 – 17
Di atas – 22,75
Pemula
Di atas – 21,75


5.6. Test Perputaran Bahu

Tujuan: Untuk mengukur tingkat kepada yang mana bahu-bahu akan berputar dengan sama seperti batas suatu genggaman yang paling mungkin.
Spesifikasi Olahraga: (1) Gaya kupu-kupu, gaya lintas tayang, dan gaya punggung di dalam berenang, (2) pindahkan dan memasukkan ke dalam ring (besi lingkar), palang yang tidak seimbang, dan palang horisontal di dalam olahraga senam.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.
Peralatan: 60 inci dari tali dan flexomeasure dengan alat ukur dan tongkat pemandu disisipkan.
Petunjuk: (1) tangkap salah satu ujung tali untuk dengan tangan kirimu dan tangkap tali dengan tangan kananmu dengan cara seperti beberapa inci jauhnya. (2) Lebarkan kedua lengan untuk memenuhi panjang di depan dadamu dan putarlah tali melewati atas kepalamu. Ketika Anda menemui balasan dalam memutar bahu-bahumu, anda harus membiarkan tali untuk meluncur di dalam genggaman tangan kananmu sehingga lengan itu dapat melebar dan membiarkan anda untuk menurunkan tali sampai berhenti menyilang punggungmu. (3) Usahakan lenganmu tetap terkunci, putar ke posisi awal dan ukur banyaknya inci tali di antara ibu jari dari tangan-tanganmu. Sedikitnya jumlah jarak mengindikasikan kinerja yang lebih baik. (4) Amankan lebar bahu maksimum menjauhkan punggung dari deltoid ke deltoid dengan menggunakan flexomeasure.
Menentukan Skor: lebar bahumu dikurangi dari jumlah semua inci dari skormu yang terbaik dari tiga percobaan.
Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
Tingkatan
Wanita
7 – kurang
Dikedepankan/Canggih
5 – kurang
11,50 – 7,25
Adv. Intermediate/antara
9,755 – 5,25
14,50 – 11,75
Intermediate/antara
13 – 10
19,75 – 14,75
Adv. Pemula
17,75 – 13,25
Di atas – 20
Pemula
Di atas – 18

5.7. Tes Perluasan Mata Kaki (Penekukan Tapak Kaki)

Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan mata kaki (penekukan tapak kaki)
Spesifikasi Olahraga dan Tari: Berenang, menyelam, olahraga senam, tarian dan menyelam, perluasan mata kaki menambah keindahan gerakan selagi di dalam renang dan saat melompat dimana ia menambah daya guna (efisiensi) mekanik.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.
Peralatan: Alat flexomeasure dengan alat ukur dan garis pemandu disisipkan. Pastikan garis A-B dari alat berada di dalam angka kosong dekat dengan ujung alat ukur. Lihat Catatan Tambahan C-2 untuk test yang lain dengan busur derajad.
Petunjuk: (1) Lepaskan sepatu-sepatumu dan ambil suatu posisi duduk di atas lantai dengan kaki kananmu selurus mungkin. ( 2) Perintahkan asistenmu menempatkan posisi alat ukur pada angka nol di atas lantai dan meluncurkan alat mengarah ke bawah sampai pemandu garis berhenti ke seberang titik yang paling rendah dari tulang tulang kering. (3) Lebarkan mata kaki mengulangi pengukuran di titik yang paling tinggi dari kaki (tidak juga jari kaki atau kura-kura kaki) selama perluasan maksimum. (4) Ulangi pengukuran di titik yang paling tinggi dari kaki. (5) Rekam/catat perbedaan antara garis kaki bagian atas (selama perluasan ) dan garis tulang kering terendah kepada salah satu yang paling dekat - delapan inci untuk masing-masing kaki.
Menentukan Skor: Rata-rata perbedaan kaki kanan dengan perbedaan skor kaki kiri dan membandingkan kinerjamu kepada skala di Tabel 6-8.

Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
Tingkatan
Wanita
0,75 – Kurang
Dikedepankan/Canggih
0,50 – Kurang
1,50 – 1
Adv. Intermediate/antara
1,25 – 0,75
2 – 1 ,75
Intermediate/antara
1,75 – 1,50
3 – 2,25
Adv. Pemula
2,25 – 2
Di atas – 3,25
Pemula

3.      Kelincahan ( Agility )

 6.1. Dogging Run

                 Tujuan mengukur kemampuan merubah arah berlari sasaran laki laki dan perempuan yang berusia 10 tahun keatas,
perlengkapan
·         stopwatch, pita isolasi warna untuk membuat garis start,
·         cat atau kapur untuk membuat tanda arah lari,
·         lembing atau benda lain yang tidak berbahaya untuk dijadikan rintangan
·         lapangan
·         garis start sepanjang 1,83 m (6 feet)
·         rintangan pertama di depan garis start sejauh 3,66 m(12 feet ).
·         Rintangan kedua didepan rintangan pertama sejauh 1,83 m.
·         Rintangan ke tiga dan ke empat masing masing sejauh 1,83 m.
Pelaksanaan: Testi berdiri sedekat mungkin di belakang garis start, kemudian berlari secepat-cepatnya menurut arah yang ditentukan.
Penilaian:
·         Catat waktu yang ditempuh mulai dari start sampai dengan finish.
·         Tes dilakukan 2 kali pelaksanaan dan diambil waktu yang terbaik
Sumber (Ismiyati: 2008 : 41).
Gender
Excellent
Above average
Average
Below averge
Poor
Male
<11.2 secs
11.2-13.3 secs
13.4-15.5 secs
15.6-17.8 secs
>17.8 secs
Female
<12.2 secs
12.2-15.3 secs
15.4 -18.5 secs
18.6-21.8 secs
>21.8 secs
Sumber (widiastuti 2011,131

3.2.Agility run

Tujuan tes : Untuk mengetes kelincahan lari.
Peralatan yang dibutuhkan : 8 buah kun, Stopwatch
Prosedur pelaksanaan tes: Panjang area tes adalah 10 meter dan lebarnya (jarak titik start dengan finis) adalah 5 meter. 4 kun digunakan sebagai tanda start, finis, dan untuk titik memutar 2 kun. 4 kun lainnya disimpan di tengah-tengah diantara titik start dan finis. Jarak tiap kun yang di tengah adalah 3.3 meter. 
Subjek siap-siap untuk berlari dengan posisi badan condong ke depan. Ketika ada aba-aba "Ya", stopwatch dijalankan, dan subjek lari secepat mungkin kemudian mengubah arah gerakan sesuai dengan alur gerakan yang terlihat pada gambar disamping tanpa mengenai atau menyenggol kun yang ada sampai ke titik finis. Hasil: Skor yang bagus bagi laki-laki adalah di bawah 15.2 detik dan perempuan di bawah 17 detik. untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel norma kualitas kelincahan menurut Davis B pada tahun 2000.
Rating
Males
Females
Excellent
<15.3
<17.0
Above average
16.1-15.2
7.9 =17.0
Average
18.1 1-16.2
21.7-18.0
Below averge
18.3-18.2
23.0-21.8
Poor
>18.3
23.0
Sumber (widiastuti 2011,128)

3.3.Quick feet test 

Tujuan tes ini utuk mengukur kelincahan seorang  atlet atau siswa peralatan yang diperlukan tempat yang permukaan yang datar dan rata, stopwacth, tongkat yang panjang nya 6O cm. Proses pelaksanaan tempatkan tongkat secara terpisah berjarak 18 inci(45 cm} secara terpisah pada tnah yang permukaan datar  yang membuat jarak 10 meter (9.14m}. kemudian siswa mulai berlari untuk melagkahi tongkat yang telah disusun dan dicatat waktu yang ditempuh dari mulai mellewati anak tangga pertama sampai anak tangga terakhir.istirhat selama dua menit untuk mengulang tes. Penilaian catatlah hasil terbaik dari dua kali percobaan.

Excellent
Above Average
Average
Below Average
Poor
Male
<2.8 secs
2.8 - 3.6 secs
3.7 - 4.4 secs
4.5 - 5.2 secs
>5.2 secs
Female
<3.4 secs
3.4 - 4.2 secs
4.3 - 5.0 secs
5.1 - 5.8 secs
>5.8 secs

3.4.Side Step Test

Tujuan tes ini untuk mengukur kelincahan seorang atlet atau siswa peralaatn tempat yang datar dan rata, meteran,stopwatch, prosedur pelaksanaan subjek berdiri di garis tengah, kemudian melompat 30 cm ke sisi kanan kiri melompat kembali ke pusat. Ini adalah satu siklus lengkap subyek melakukan tes selama satu menit dan kemudian dicatat berapa banyak dapat melakukan lompatan kekanan dan kekiri.
Norma penilaian test,

Poor
Fair
Average
good
high
Famale
<33
32=37
38=41
42=45
46
Male
<37
38=41
42=45
46=49
5O

4.      Keseimbangan ( Balance )

7.1.  Stork stand

Tujuan mengukur keseimbangan statis, sasaran laki-laki dan perempuan yang berusia diatas 10 tahun.pelengkapan yang digunakan stopwatch.
a.       Berdiri dengan nyaman pada kedua kaki
b.      Letakkan kedua tangan pada pinggang
c.       Angkat satu tungkai dengan menyandarkan jari jari kaki pada knee sisi kontralateral
d.      Kemudian, kaki yang menumpu disuruh berjinjit.
e.       Asisten menjalankan stopwatch.
f.       Pertahankan posisi tersebut selama mungkin tanpa tumit menyentuh lantai atau kaki bergeser diatas patella.
g.      Asisten mencatat waktu yang dicapai selama mempertahankan balance.
h.      Hasilnya dicocokkan dengan tabel Standing Stork test
Penilaian : waktu yang terlama dalam mempertahankan keseimbangan merupakan wakt yang digunakan untuk menilai keseimbangan testi, waktu dicatat dalam detik dimulai dari saat  testi mengangkattumit sampai mulai kehilangan keseimbangannya.
Rating
Score (seconds)
Excelled
>50
Good
40-50
Average
25-39
Fair
10-24
Poor
<10

4.2.Bass stick test (lengthwise and crosswise)

Tujuan mengukur keseimbangan statis,sasaran laki-laki dan perempuan yang berusia 10 tahun keatas,perlengkapan isolasi untuk menenpelkan balok dilantai, balok dengan ukuran panjang 30,48 cm,lebar 2,54, dsan tebal 2,54 cm.
Pelaksanaan test:
·         testi berdiri di atas balok searah panjang nya atau melintang dengan kaki yang dominan ,tumit atau jari –jari kaki yang lain diletak kan dilantai.
·         Dengan diberi aba-aba ya kaki yang diletakkan dilantai diangkat dari lantai, jaga keseimbang nya selama mungkin tester memberi aba-aba cukup bila lebih dari 60 detik. Ulangi dengan kaki yang sama sebanyak 3 kali.
·         Lakukan dengan kaki yang lain ulangi 3 kali
·         Bila testi kehilangan keseimbangan dalam waktu 3 detik tes diulang.
Penilaian : Jumlah waktu seluruh ulangan yang dilakukan ( 6 kali ), waktu yang di catat adalah waktu yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan dimulai dari aba-aba YA sampai testi kehilangan keseimbangan.

5.      Koordinasi ( Coordination )

 8.1. Lempar –tangkap bola tenis

Tujuan mengukur koordinasi mata tangan, sasaran laki-laki dan perempuan yang berusia 15 tahun ke atas, perlengkapan bola tenis, tembok sasaran. Pelaksanaan : dengan satu tangan dan ditangkap dengan tangan yang lain. Sebelum melakukan tes, testi boleh mencoba terlebih dahulu sampai merasa terbiasa.
Penilaian tiap lemparan yang mengenai sasaran dan ditangkap dengan tangan memperoleh nilai 1. Untuk memperoleh nilai 1: Bola harus dilemparkan dengan uderarm(lemparan dari bawah samping badan). Bola harus mengenai sasaran. Bola harus mengenai sasaran. Bola harus berhasil ditangkap tanpa terhalang badan. Testee tidak beranjak atau berpindah kedepan garis batas untuk menangkap bola. Jumlah skor hasil 30 detik lemparan pertama dan 30 detik lemparan kedua.
Norma penilaian hasil Kemampuan Koordinasi Mata Tangan yang Menggunakan Tes Lempar Tangkap Bola Tenis Usia 15 tahun Keatas.
NO
Kategori
15 tahun Keatas
1
Baik Sekali
>18
2
Baik
14-17
3
Sedang
9-13
4
Kurang
5-8
5
Kurang Sekali
< 4
(Sumber: Dispora 2006:114)

5.2.Soccer wall volley test

Tujuan:  mengukur koordinasi mata-kaki koordinasi seluruh tubuh dan kelincahan.
Perlengkapan lapangan tes yang terdiri atas:
·         Daerah sasaran dibuat dengan garis di dinding yang rata dengan ukuran panjang 2,44 m dan tinggi dari lantai 1,22m.
·         Daerah tendangan di depan daerah sasaran berbentuk segi empat dengan ukuran 3,65 m dan 4,23m. Daerah tendangan berjarak 1,83dari dinding daerah sasaran.
Pelaksanaan: Bola sepak diletakkan di belakang garis batas yaitu 1,83 Meter di depan sasaran. Subyek berdiri di belakang garis batas dekat bola dan menghadap ke sasaran. Pada aba-aba “ya”, subyek mulai menyepak bola ke sasaran (tembok dengan batas tertentu). Bola yang terpantul dari tembok sasaran segera disepak kembali dan tidah boleh di pegang dengan tangan, hal ini dilakukan terus menerus dan secepat mungkin selama 20 detik. Kesempatan melakukan tes ini sebanyak tiga kali. Yang terbaik dari tiga kali kesempatan adalah kemampuan koordinasi mata kaki dari subyek yang diteliti.
Penilaian :
·         kemampuan koordinasi mata kaki adalah banyaknya sepakan yang sah dapat dilakukan subyek selama 20 detik.
·         Tiap sepakan bola kaki yang dilakukan di bagian belakang garis batas 1,83 meter di depan sasaran di beri nilai satu
·         Sepakan yang tidak sah tidak dihitung.
·         Bola harus mengenai sasaran
·         Bola harus dikontrol atau di blok dahulu sebelum di tendang kembali
·         Pada waktu menendang atau mengontrol bola testi tidak boleh kluar dari daerah tendangan
·         Bila testi menghentikan atau mengontrol bola dengan tangan nilainya dikurangi 1.
·         Bila bola tidak mengenai sasaran tidak mendapatkan nilai
·         Nilai total yang diperoleh adalah jumlah nilai tendangan yang terbanyak dari ketiga ulangan yang dilakukan.

9. Ketetapan ( Accuracy )

9.1. Nama tes  : tes persepsi kinestetik

Tujuan: mengukur kemampuan kinestetik dalam menentukan posisi tertentu pada bidang horizontal
Alat/fasilitas             : meteran, penutup mata, pensil
Pelaksanaan            : di buat garis vertikal pada dinding setinggi mata rata-rata testi pada posisi duduk. Testi berkosentrasi pada garis lurus pada ujung ke ujung, kemudian mencoba sekali menunjuk ujung garis atas dan berpindah menunjuk ujung yang lainnya, setelah mencoba sekali tutut mata dan melakukan  tes yang sebenarnya. Testi di minta menunjuk pada kedua titik tersebut testi melakukan 4 kali ulangan 2 kali titik  sebelah kiri dan 2 kali titik sebelah kanan.
Penilaian                  : Penyimpangan dari titik yang di tentukan di ukur dalam (cm) sampai 0,5cm terdekat, nilainya yaitu 4 kali jumlah ulangan.

10.Reaksi ( Reaction )

10.1. Tes kecepatan reaksi tangan

Tujuan : Untuk mengukur kemampuan tangan untuk melakukan reaksi terhadap suatu stimulus
Alat dan fasilitas:
1.      Meja dan kursi
2.      Mistar
3.      Alat tulis
4.      Formulir tes
Pelaksanaan tes :
1.      Testee dalam keadaan duduk di kursi dengan kedua tangannya berada disisi meja,dengan jarak tangan kanan kurang lebih 30 cm
2.      Testee memegang mistar reaksi kemudian menjatuhkan secara vertical diantara kedua telapak tangan testee dari atas tanpa aba-aba
3.      Bersamaan dengan jatuhnya tongkat reaksi .testee segera berusaha menjepit mistar reaksi tersebut secepat mungki dengan mengguanakan kedua tangannya.
4.      Testee diberi kesempatan melakukan tes sebnayak 3 kali
Penilaian :
Angka yang terbaik ditunjukkan telapak tangan bagian bawah pada mistar dari 3 kali melakukan tes merupakan nilai kecepatan reaksi tangan testee

10.2. The Nelson Foot Reaction Test

Tujuan : Mengukur kecepatan reaksi kaki
Alat     : meja, dinding rata dan mistar Reaction test
Pelaksanaan     : peserta tes duduk rileks di atas meja, salah satu kaki 2.5 cm dari permukaan dinding didepannya dan tumit kaki 5 cm dari permukaan dinding. Jarak antara bagian tepi meja dengan permukaan dinding tidak boleh kurang dari 2,45 cm. Tester memegang ujung atas mistar reaction test dengan ujung bawah mistar tak berada di antara dinding dan telapak kaki peserta tes.
Skor     : pengukuran rata – rata 10 kali percobaan untuk tercepat 5 kali dan 5 kali percobaan terlambat.
Whole Body Reaction Time Test

Untuk melakukan tes whole body reaction time peneliti menggunakan whole body reaction time test. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
whole body reaction time dari seorang sampel. Jenis tes ini terdapat 2 macam yaitu :
a.       Visual Yaitu melakukan tes dengan cara menggunakan indra penglihatan.
b.      Audio
c.       Yaitu melakukan tes dengan cara menggunakan indra pendengaran.



Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3I-5If0oYz1buKaQ5XotISRjarxI1eahYzhN2m0mzRQvkkfaFMHHhocm9DLJAoNoZbWZD4ZNKhyphenhyphenVr8_qdo6M6KpcWQS7uP2ztcwCPodHgg64UwTlrlJxUjynbB1UBPqXgNu8cD8D6EAU/s320/whole.JPG


Miyatake, N. (2012, hlm. 4) menyatakan bahwa norma whole body reaction time tes sebagai berikut :
·         Istimewa = 0.001 – 0.100
·         Bagus sekali = 0.101– 0.200
·         Bagus = 0.201 – 0.300
·         Cukup / Sedang = 0.301 – 0.400
·         Kurang = 0.401 – 0.500
·         Kurang Sekali = 0.501 – ke atas
Satuan alat ini adalah detik atau second

Langkah-langkah tes whole body reaction time
·         Sampel berdiri diatas alas whole body reaction
·         Pandangan kearah sensor yang akan mengeluarkan cahaya.
·         Ketika lampu menyala, sampel secepatnya bereaksi dengan membuka kedua kaki atau melompat kekiri atau kekanan
·         Untuk setiap sampel melakukan 5 kali tes, kemudian diambil hasil paling baik
·         Setelah itu akan diketahui data dari seorang sampel










PENUTUP

A.    Kesimpulan


Tes dan pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam melakukan penilaian, penilaian membutuhkan yang namanya data untuk menghasilkan penilaian yang obyektif. Tes dan pengukuran membutuhkan alat alat dalam pengukuran, bayangkan bila tidak alat pengukura. Kemungkinan kemajuan kemajuan dalam segala bidang akan terlambat dan tidak  mempunyai sasaran yang tepat. Dengan adanya tes dan pengukuran, segala program dibidang apa saja dapat di kontrol dan di evaluasi.
Tes dan pengukuran juga merupakan bagian yang intergral dalam hasil belajar siswa. Tes dan pengukuran yang dilakukan dalam bidang keolahragaan dan pendidikan harus dapat mendasarkan diri

B.     Saran

1.      Melalui makalah ini, penulis berharap pembaca dapat memahami tentang tes dan pengukuran dalam olahraga yang dapat di padukan menjadi sesutau yang yang baik.
2.      Dalam mempelajari mata kuliah tes dan pengukuran kami juga sebagai penulis masih mempunyai banyak kekeliruan, dan kami juga masih perlu mempunyai literature.





DAFTAR PUSTAKA


Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta.
Sajoto. 1995. Pengembangan dan Pembinaan Kekuatan kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Prize.
Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta : PT. Bumi Timur Jaya.
Sumber Internet :







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tes Keterampilan Cabang Olahraga