10 Tes Kondisi Fisik
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kehidupan manusia pasti akan dihadapkan dengan beberapa
masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang muncul.
Dengan segenap kemampuan yang dimiliki manusia, manusia akan selalu berusaha
untuk menyelesaikan semua masalah-masalah itu. Tetapi terkadang seseorang akan
lupa terhadap apa yang terjadi pada dirinya sendiri, lebih-lebih pada masalah
fisik, yaitu tentang kesegaran jasmani. Banyak dari mereka yang sibuk, akan
lupa terhadap kesehatan dan kestabilan kesegaran jasmaninya.
Kesegaran jasmani seseorang adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan beberapa komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar.
Semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani seseorang, semakin besar kemampuan fisiknya dan produktifitas kerjanya, khususnya dalam bidang olahraga. Bagi guru pendidikan jasmani ataupun pelatih, sangat penting mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa atau atlet untuk mengembangkan prestasi. Selain itu para Guru atu Pelatih akan membutuhkan sesuatu yang dinamakan dengan evaluasi. Yang bertujuan untuk mengoreksi dan mengetahui seberapa tingkat dan perkembangan setelah melakukan beberapa tahap latihan. Sebagai Pelatih dan Guru olahraga, yang bertanggung jawab atas prestasi anak asuhannya. Perlu melengkapi dirinya dengan pengetahuan tentang cara-cara mengukur dan menilai status kondisi fisik tersebut. Dan status kondisi fisik seseorang hanya mungkin diketahui dengan pengukuran dan penilaian yang berbentuk beberapa tes kemampuan.
Cara evaluasi yang tepat yang harus dilakukan yaitu dengan cara Tes dan Pengukuran terhadap atlet ataupun siswa. Tes dan pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara dan tahap yang mempunyai manfaat dan tujan dilakukannya tes tersebut. Dan tes tersebut dibagi menjadi bebrapa komponen kondisi fisik serta beberapa jenis tes yan sudah dikelompokan.
Dengan melakukan tes dan pengukuran ini kita dapat mengambil beberapa manfaat, diantaranya kita dapat mengevaluasi tahap latihan yang telah dilakukan, dengan hal itu kita dapat mengetahui seberapa perkembangan kondisi fisik seseorang, selain kita bisa mengembangkan prestasi atlet, kita juga bisa menjadikan ini sebagai bahan perbaikan dalam pemebelajaran atau pelatihan.
Kesegaran jasmani seseorang adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan beberapa komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar.
Semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani seseorang, semakin besar kemampuan fisiknya dan produktifitas kerjanya, khususnya dalam bidang olahraga. Bagi guru pendidikan jasmani ataupun pelatih, sangat penting mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa atau atlet untuk mengembangkan prestasi. Selain itu para Guru atu Pelatih akan membutuhkan sesuatu yang dinamakan dengan evaluasi. Yang bertujuan untuk mengoreksi dan mengetahui seberapa tingkat dan perkembangan setelah melakukan beberapa tahap latihan. Sebagai Pelatih dan Guru olahraga, yang bertanggung jawab atas prestasi anak asuhannya. Perlu melengkapi dirinya dengan pengetahuan tentang cara-cara mengukur dan menilai status kondisi fisik tersebut. Dan status kondisi fisik seseorang hanya mungkin diketahui dengan pengukuran dan penilaian yang berbentuk beberapa tes kemampuan.
Cara evaluasi yang tepat yang harus dilakukan yaitu dengan cara Tes dan Pengukuran terhadap atlet ataupun siswa. Tes dan pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara dan tahap yang mempunyai manfaat dan tujan dilakukannya tes tersebut. Dan tes tersebut dibagi menjadi bebrapa komponen kondisi fisik serta beberapa jenis tes yan sudah dikelompokan.
Dengan melakukan tes dan pengukuran ini kita dapat mengambil beberapa manfaat, diantaranya kita dapat mengevaluasi tahap latihan yang telah dilakukan, dengan hal itu kita dapat mengetahui seberapa perkembangan kondisi fisik seseorang, selain kita bisa mengembangkan prestasi atlet, kita juga bisa menjadikan ini sebagai bahan perbaikan dalam pemebelajaran atau pelatihan.
PEMBAHASAN
A.
Penegrtian Komponen Kondisi Fisik
Peningkatan
kondisi fisik bertujuan agar kemampuan fisik atlet meningkat kekondisi puncak
dan berguna untuk melakukan aktivitas olahraga dalam mencapai prestasi
maksimal. Cara peningkatan fisik ada dua jalan secara metodis adalah
peningkatan fisik umum dan fisik khusus. Unsur-unsur gerak fisik umum meliputi
kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan dan kelentukan. Unsur-unsur gerak
fisik khusus mencakup stamina, daya ledak, reaksi, koordinasi, ketepatan dan
keseimbangan (Suharno HP, 1986: 35).
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari
komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya maupun pemeliharaannya (Nuril
Ahmadi, 2008: 65). Artinya bahwa dalam suatu usaha peningkatan kondisi fisik,
seluruh komponen tersebut juga harus dikembangkan. Menurut ismaryati (2008:37)
kebugaran atau kesegaran jasmani adalah kata lain dari physical fitness. Yaitu
kemampuan tubuh untuk menyesuaikan funngsi alat alat tubuhnya dalam dalam batas
batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan dan atau kerja fisik dengan cara
yang cukup efesien tanpa lelah secara berlebihan,
Untuk
mengetahui dan menilai tingkat kesegaran
jasmani seseorang dilakukan dengan pengukuran komponen kesegaran jasmani yaitu
komponen-komponen kondisi fisik terdiri dari kekuatan, daya tahan, daya ledak,
kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan
reaksi.
1. Kelincahan
Kelincahan
merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang
sangat diperlukan pada semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan
posisi tubuh dan bagian bagian nya, ismaryati (2008:4). Kelincahan adalah
kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh atau bagian bagiannya secara
tepat dan cepat, (kirkendall, gruber , dan johnson, 1987:122).
Kelincahan
atau agillity adalah kemampuan untuk mengubah arah tau posisi tubuh dengan
cepat yang dilakukan bersama sama dengan gerakan lainnya.widiastuti(2011:17).
Tanpa kelincahan anak dikatakan tidak dalam keadaan normal atau mungkin sedang
sakit. Jadi kelincahan harus menepati prioritas utama dalam melatih kesegaran
jasmani setiap anak atau atlet. Bagi orang dewasa kelincahan tidak berarti
kurang penting ,tetapi dilihat dari kebutuhan serta aktivitas yang dilakukan,
kelincahan terbatas pada cabang olahrga yang dilakukan.
2.
Keseimbangan
Keseimbangan
terdapat dua macam yaitu keseimbangan
statis dan dinamis keseimbangan statis
adalah kemapuan mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan diam, seddangkan
keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan keadaan seimbang dalam
keadaan bergerak, misalnya berlari,berjalan,melambung dan sebagainya. Keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan
organ-organ syaraf otot (M. Sajoto, 1995:9).
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang
pada saat melakukan gerakan tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja
indera penglihatan, kanalis semisis kuralis pada telinga dan reseptor pada
otot. Diperlukan tidak hanya pada olah raga tetapi juga dalam kehidupan
sehari-hari (Dangsina Moeloek, 1984 : 10). Keseimbangan ini penting dalam kehidupan maupun olah
raga untuk itu penting dimana tanpa keseimbangan orang tidak dapat melakukan
aktivitas dengan baik. Seorang pemain sepak bola apabila memiliki keseimbangan
yang baik, maka pemain itu akan dapat mempertahankan tubuhnya pada waktu
menguasai bola. Apabila keseimbangannya baik maka pemain tersebut tidak akan
mudah jatuh dalam perebutan bola maupun dalam melakukan body contact terhadap
pemain lawan.
3. Koordinasi
Koordinasi didefenisikan sebagai
hubungan yang harmonis dari hubungan saling berpengaruh
diantara kelompok kelompok otot selama melakukan kerja yang ditunjukkan dengan
berbagai tingkat keterampilan. Koordinasi ini sangat sulit dipisahkan secara
nyata dengan kelincahan sehingga kadang kadang suatu tes koordinasi juga
bertujuan mengukur kelincahan Ismaryati (2008:54). sedangkan menurut M.Sajoto (1995:9)
koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam macam gerakan
yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.
4. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan
kecepatan tercepat.ditinjau dari sitem geraka kecepatan adalah kemampuan dasar
mobilitas sistem saraf pusat dan
perangkat otot untuk menampilkan gerakan gerakan pada kecepatan tertentu. Dari
sudut pandang mekanika kecepatan diekspresikan sebagai rasio antara jarak dan
waktu (Bompa 1990). Kecepatan merupakana
kemauan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang
sama dalam waktu sesingkat singkat nya(Sajoto1995:9).
5. Power
Power atau daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosif
(pyke dan watson 1978). Power merupakan hasil perkalian antara gaya
(force) dan jarak (distance) dibagi
dengan waktu (time} atau juga dapat power
dinyatakan sebagai kerja dibagi waktu(kirkendall,1987).
6. Reaksi
Reaksi
adalah periode antara diterimanya rangsang atau
stimuli dengan permulaan munculnya jawaban (respon). Reaksi adalah kemampuan
seseorang untuk segera bertindak secepat nya dalam menanggapi rangsangan yajg
ditimbulkan lewat indera syarat atau
feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi datang nya bola yang harus
ditangkap dan lain lain Sajoto (1995:10).
7. Daya Tahan
Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama
dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1995:8). Daya tahan adalah kemampun
untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama, dan setelah berlatih dalam
jangka waktu lama tidak mengalami kelelahan yang berlebihan (Garuda Mas, 2000 :
89).
8. Ketepatan
Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan
gerakan-gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu
jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu
bidang tubuh (M. Sajoto, 1995:9). Dengan latihan atau aktivitas olahraga
yang menuju tingkat kesegaran jasmani maka ketepatan dari kerja tubuh untuk
mengontrol suatu gerakan tersebut menjadi efektif dan tujuan tercapai dengan
baik.
9. Kekuatan
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuan dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu bekerja
(M. Sajoto, 1995:8). Kekuatan
adalah kemampuan untuk membangkitkan ketegangan otot terhadap suatu keadaan
(Garuda Mas, 2000 : 90). Kekuatan
memegang peranan yang penting, karena kekuatan adalah daya penggerak setiap
aktivitas dan merupakan persyaratan untuk meningkatkan prestasi.
1O. Daya Lentur
Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan
diri untuk segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas. Hal ini akan
sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh
permukaan tubuh (M. Sajoto, 1995:9). Kelentukan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang
dapat dilakukan oleh suatu persendian. Jadi meliputi hubungan antara tubuh
persendian umumnya tiap persendian mempunyai kemungkinan gerak tertentu sebagai
akibat struktur anatominya. Gerak yang paling penting dalam kehidupan
sehari-hari adalah fleksi batang tubuh tetapi kelentukan yang baik pada tempat
tersebut belum tentu di tempat lain pula demikian (Dangsina Moeloek, 1984 : 9)
B.
Pengukuran Komponen Kebugaran Jasmani melalui Tes dan Norma
1. Kekuatan
1.1.
Tes Kekuatan Genggam tangan kanan/kiri
Tujuan :
Untuk mengukur Kekuatan genggam tangan kanan/kiri
Alat : Hand grip dynamometer
Pelaksanaan :
peserta berdiri tegak, kaki di renggangkan selebar bahu, tangan kanan/tangan
kiri terletak di samping badan dalam posisi lurus, mengengam alat Hand grip dynamometer. Peserta meremas
alat dengan sekuat tenaga. Pada saat meremas alat, lengan membuat sudut 20-30
derajat dengan tubuh (ketiak tidak menutup). Tes ini dilakukan bergantian
antara tangan kanan dan kiri masing – masing dua kali.
Penilaian :
Skor kekuatan genggaman terbaik dari dua kali percobaan.
Data Norma :
Jenis kelamin
|
Baik sekali
|
Baik
|
Cukup
|
sedang
|
kurang
|
Laki
|
Ø 56
|
51 - 56
|
45 - 50
|
39 - 44
|
< 39
|
Perempuan
|
Ø 36
|
31 - 36
|
25 - 30
|
19 - 24
|
< 19
|

Gambar 1.1. Alat Hand Grip Dynamometer
1.2.Tes Tarik dan
Dorong/Push and Pull
Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot tangan dalam
menarik dan mendorong
Alat : Pull
and Push dynamometer
Pelaksanaan : peserta tes berdiri tegak dengan kaki
direnggangkan dan pandangan lurus kedepan. Tangan memegang pull and push dynamometer dengan kedua tangan didepan dada. Posisi
lengan dan tangan lurus dengan bahu. Tari alat tersebut sekuat tenaga. Pada
saat menarik/mendorong. Alat tidak boleh menempel pada dada. Tangan dan siku
tetap sejajar dengan bahu. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali.
Penilaian : skor kekuatan tarik dan dorong
terbaik dari dua kali percobaan.
Data Norma :
Jenis kelamin
|
Baik
|
Sedang
|
kurang
|
Laki
|
Ø 52
|
40 – 52
|
< 40
|
Perempuan
|
Ø 30
|
20 – 30
|
< 20
|
Sumber
: (Widiastuti, 2011 : 79)

Gambar 1.2. Alat Pull
and Push dynamometer
1.3.Tes kekuatan
otot punggung
Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot
punggung
Alat : Back and Leg dynamometer
Pelaksanaan : peserta tes berdiri di atas back and leg dynamometer. Tali rantai
pada alat diatur sehingga seseuai dengan posisi berdiri. Peserta tes menarik
alat dengan posisi tangan lurus ke bawah, punggung membengkuk dan pandangan ke
depan. Alat ditarik dengan menggunakan kekuatan otot punggung. Tes ini
dilakukan sebanyak dua kali.
Penilaian : Skor terbaik dari dua kali
percobaan di catat sebagai skor.
Data Norma :
Jenis kelamin
|
Baik
|
Sedang
|
kurang
|
Laki
|
Ø 177
|
126 – 176
|
< 125
|
Perempuan
|
Ø 98
|
52 – 97
|
< 51
|
Sumber
: (Widiastuti, 2011 : 79)
1.4. Tes Kekuatan otot tungkai
Tujuan : untuk mengukur kekuatan otot
tungkai
Alat : Back and Leg dynamometer
Pelaksanaan : peserta tes berdiri di atas back and dynamometer. Tali rantai pada
alat diatur seseuai dengan posisi setengah jongkok dengan punggung tetap tegak
lurus. Kedua lutut bengkok dan rantai diletakkan diantara kedua tungkai, tangan
memegang alat lurus ke bawah. Alat ditarik dengan menggunakan kekuatan otot
tungkai tanpa bantuan otot tangan dan otot punggung. Tes ini dilakukan sebanyak
dua kali.
Penilaian : Skor terbaik dari dua kali
percobaan dicatat sebagai skor.
Data Norma :
Jenis kelamin
|
Baik
|
Sedang
|
kurang
|
Laki
|
Ø 214
|
160 - 213
|
< 159
|
Perempuan
|
Ø 114
|
66 - 113
|
< 65
|

Gambar 1.3 dan 1.4. Alat Back and Leg Dynamometer
1.5.Tes Sit-Up
Tujuan : Untuk mengetahui kekuatan
otot perut seorang Atlet
Alat : Alas, stopwatch dan Rekan
untuk memegangi kaki
Pelaksanaan : berbaring dengan lutut ditekuk, kaki
rata dengan lantai dan tangan dilipat
menyilangi dada. Mulai sit up dengan
punggung di lantai, angkat diri anda posisi 90 derajat dan kembali kelantai.
Kaki boleh dipegang oleh rekan. Catat jumlah sit up selama 30 detik.
Penilaian : jumlah hitungan gerakan yang
benar dilakukan.
Data Norma :
Jenis kelamin
|
Baik
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
Buruk
|
Laki
|
Ø 30
|
26 - 30
|
20 - 25
|
17 – 19
|
< 17
|
Perempuan
|
Ø 25
|
21 - 25
|
15 - 20
|
9 – 14
|
< 9
|
Sumber
: (Widiastuti, 2011 : 92)
![]() |
Gambar
1.5. Cara melakukan gerakan sit-up
1.6. Tes Push-Up
Tujuan : mengukur kekuatan otot lengan
dan bahu seorang atlet
Alat : Alas, Stopwatch, dan
Rekan
Pelaksanaan : berbaring diatas alas, tangan dibuka
selebar bahudan regangkan tangan ke bawah, turunkan badan sehingga membentuk
sudut 90 derajat. Kembali ke posisi awal dengan tangan kembali diregangkan kaki
tidak boleh dipegang. Kegiatan push up
harus terus dilakukan tanpa istirahat dan lakukan sebanyak mungkin. Bagi
perempuan karena tenaga yang lebih sedikit maka push up mereka dimodifikasi
dengan cara lutut di tekuk.
Penilaian : catat jumlah total dari jumlah push up
Data Norma :
Laki
Umur
|
Baik sekali
|
baik
|
Cukup
|
Sedang
|
kurang
|
20 – 29
|
Ø 54
|
45 – 54
|
35 – 44
|
20 - 34
|
< 20
|
30 – 39
|
Ø 44
|
35 – 44
|
25 – 44
|
15 - 24
|
< 15
|
40 – 49
|
Ø 39
|
30 - 39
|
20 – 29
|
12 - 19
|
< 12
|
50 – 59
|
Ø 34
|
25 - 34
|
15 – 24
|
8 – 14
|
< 8
|
60 -
|
Ø 29
|
20 - 29
|
10 – 19
|
5 - 9
|
< 5
|
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 93)
Perempuan
Umur
|
Baik sekali
|
baik
|
Cukup
|
Sedang
|
kurang
|
20 – 29
|
Ø 48
|
34 - 38
|
17 – 33
|
6 - 16
|
< 6
|
30 – 39
|
Ø 39
|
25 - 39
|
12- 24
|
4 – 11
|
< 4
|
40 – 49
|
Ø 34
|
20 – 34
|
8 – 19
|
3 – 7
|
< 3
|
50 – 59
|
Ø 29
|
15 – 29
|
6 – 14
|
2 – 5
|
< 2
|
60 -
|
Ø 19
|
5 – 19
|
3 – 4
|
1 – 2
|
< 1
|
Sumber : (Widiastuti, 2011 : 93)

Gambar
1.6. Cara melakukan gerakan Push - Up
1.7.Tes Wall Squat
Tujuan : Mengetahui ketahanan kekuatan
otot Quadriceps seorang atlet
Alat : tembok yang permukaannya
halus, stopwatch, dan seorang penghitung
Pelaksanaan : berdiri dengan nyaman dengan kedua kaki
anda berlawanan dengan tembok, turunkan secara perlahan punggung dan harus terbentuk
sudut 90 derajat. Angkat satu kaki 5 cm dari lantai, lalu rekan mulai
menyalakan stopwatch dan bertahan tubuh selama mungkin sampai kaki jatuh ke
lantai.
Penilaian : hitungan detik dari mulai angkat
kaki sampai kaki menyentuh lantai
Data Norma : untuk
atlet 16 – 19 tahun
Jenis kelamin
|
baik
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
Buruk
|
Laki
|
Ø 102 detik
|
102 – 76 detik
|
75 – 58 detik
|
57 – 30 detik
|
< 30 detik
|
Perempuan
|
Ø 60 detik
|
60 – 46 detik
|
45 – 36 detik
|
35 – 20 detik
|
< 20 detik
|
Sumber
: (Widiastuti, 2011 : 96)
2. Daya Tahan (endurance)
2.1. Lari multi tahap ( bleep
test)
Tujuan :
Untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler VO2 maksimal
Alat dan fasilitas :
1. Pita
cadence (irama)untuk lari bolak balik
2. Mesin
pemutar kaset (tape recorder)
3. Lintasan
lari jarak 20 meter pada permukaan datar rata dan tidak licin
4. Stopwatch
5. Kerucut
pembatas atau patok 4
6. Fomulir
tes dan alat tulis
Pelaksanaan :
1. Lari ke arah
ujuang/ akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki di belakang garis batas pada
saat terdengar bunyi “ tuut”
2. Apabila
telah sampai sebelum bunyi “tuut” harus bertumpu pada titik putar menanti bunyi
kemudian lari ke arah yang berlawanan agar dapat mencapai tepat pada saat tanda
berikutnya bunyi.
3. Kecepatan
lari harus semakin bertambah cepat,karena waktu akan pada semakin pendek.
4. Harus
mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan
5. Gerakan
balikan yaitu berputar bukan membuat belokan karena akan memakan waktu lebih
banyak
6. Panitia
harus memberhentikan peserta apabila peserta tertinggal tanda bunyi “tuut” dua
kali lebih dari dua langkah di belakang garis ujung.
Penilaian :
Catat level dan shuttle run terakhir
yang dapat dilakukan atau diselesaikan oleh peserta lalu di komversikan ke
dalam table untuk dapat di ketahui prediksi kemampuan aerobiknya.
Norma penilaian :
Pria
Umur
|
1. Jelek
|
2.
Di Bawah Rata-rata
|
3.
Rata-rata
|
4.
Di Atas Rata-rata
|
5. Excellent
|
Superior
|
13-19
|
<35.0
|
35.0 - 39.9
|
40.5 - 45.1
|
45.2 - 50.9
|
51.0 - 55.9
|
>55.9
|
20-29
|
<33.0
|
33.0 - 39.2
|
39.9 - 43.3
|
43.9 - 48.7
|
49.3 - 52.5
|
>52.6
|
30-39
|
<31.5
|
31.5 - 38.4
|
38.5 - 41.8
|
42.4 - 47.4
|
48.0 - 51.4
|
>51.6
|
Wanita
Umur
|
1. Jelek
|
2.
Di Bawah Rata-rata
|
3.
Rata-rata
|
4.
Di atas Rata-rata
|
5. Excellent
|
Superior
|
13-19
|
<33.0
|
33.0 - 37.1
|
37.8 - 42.4
|
43.3 - 46.8
|
47.4 - 52.5
|
>52.6
|
20-29
|
<31.5
|
31.5 - 35.7
|
36.5 - 41.9
|
42.4 - 44.9
|
45.2 - 49.4
|
>50.2
|
30-39
|
<30.2
|
30.2 - 35.5
|
35.6 - 38.9
|
39.2 - 44.5
|
44.8 - 48.0
|
>48.0
|
1.2.Lari 12 Menit
Tujuan : untuk mengukur daya tahan jantung paru
Alat : lintasan sepanjang 2.4 km, stopwatch,
nomor dada, bendera start, dan alat tulis
Pelaksanaan : peserta tes berlari selama 12 menit dari
saat diberikan aba-aba : ya hingga batas waktu 12 menit habis dengan ditandai
bunyi pluit. Apabila sebelum waktu 12 menit selesai, namun peserta tes merasa
kelelahan maka ia dapat meneruskan dengan berjalan kemudian berlari lagi.
Penilaian : catatan waktu yang hasil dicapai
oleh setiap peserta tes, kemudian dikonversikan ke dalam table norma :
Jenis kelamin
|
Umur (tahun) dan waktu (menit, detik)
|
Kategori
|
|||
< 30
|
30 - 39
|
40 – 49
|
Ø 49
|
||
Pria
|
>2.815
|
>2.654
|
>2.493
|
>2.413
|
Sangat Baik
|
Wanita
|
>2.654
|
>2.493
|
>2.233
|
>2.172
|
|
Pria
|
2.414-2.815
|
2.253-2.654
|
2.092-2.493
|
2.012-2.413
|
Baik
|
Wanita
|
2.253-2.654
|
2.092-2.493
|
1.851-2.333
|
1.690-2.172
|
|
Pria
|
2.212-2.413
|
1.851-2.252
|
1.690-2.091
|
1.609-2.011
|
Sedang
|
Wanita
|
1.851-2.252
|
1.690-2.091
|
1.529-1.850
|
1.368-1.689
|
|
Pria
|
1.609-2.011
|
1.529-1.850
|
1.368-1.689
|
1.288-1.608
|
Kurang
|
Wanita
|
1.529-1.850
|
1.368-1.689
|
1.207-1.528
|
1.046-1.367
|
|
Pria
|
< 1.608
|
< 1.528
|
< 1.367
|
< 1.287
|
Sangat Kurang
|
Wanita
|
< 1.528
|
< 1.367
|
< 1.206
|
< 1.045
|
Sumber
: (Wahjoedi, 2001 : 75)
1.3.Tes Naik Turun
Bangku ( Harvard Step Ups Test )
Tujuan : Untuk mengetahui kesehatan jantung paru
Alat : bangku dengan tinggi 48 cm untuk pria dan
43 cm untuk wanita, stopwatch, metronom dan stetoskop apabila diperlukan.
Pelaksanaan : @ peserta tes berdiri menghadap bangku
Harvard dengan posisi tegak lurus
@ Peserta haruskan naik turun bangku dengan
irama 120 X permenit yang di atur dengan metronom, selama 5 menit.
@ Peserta tes menaikkan kaki kanan pada
bangku setelah diberi aba-aba mulai dan bersamaan dengan itu stopwatch
dihidupkan, kemudian naikkan kaki kiri disamping kaki kanan, lalu turunkan kaki
kanan dan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya sesuai dengan irama.
Penilaian : Hitungan jumlah denyut Nadi
Norma
kategori :
Hasil
|
Skor
|
Kategori
|
Ø 90
|
5
|
Sangat baik
|
80 – 89
|
4
|
Baik
|
65 – 79
|
3
|
Sedang
|
50 – 64
|
2
|
Kurang
|
< 50
|
1
|
Sangat kurang
|
Sumber
: ( Wahjoedi, 2001 : 74 )
3.Daya Otot (
Power )
3.3. Standing
long jump test ( Broad Jump )
Tujuan : Untuk mengukur power
dari otot-otot tungkai.
Tingkatan
Umur : mulai dari 6 tahun hingga dewasa.
jenis Kelamin
: pria dan wanita
Perlengkapan dan alat: matras
dan lantai yang rata, pita atau bubuk kapur untuk garis tempat tolakan, pita
pengukur, blangko dan alat tulis.
Petunjuk pelaksanaan tes:
Orang coba
berdiri dibelakang garis dengan kedua kaki sejajar dan membengkokkan lutut
membentuk sudut 90 - 110°. Sambil mengayun kedua lengan lakukan lompatan sejauh
mungkin. Diberikan kesempatan 3 kali dan diambil loncatan terbaik.
Skor : Jarak yang diukur dari
garis start ke tempat mendarat terdekat.
Norma
tes :
Kategori untuk laki-laki
|
Cm
|
Inci
|
Baik sekali
|
Ø 250
|
Ø 8’
2.5”
|
Baik
|
241 – 250
|
7’ 11’’ – 8’ 2.5”
|
Cukup
|
231 – 240
|
7’ 7” – 7’ 10.5”
|
Sedang
|
221 – 230
|
7’ 3” – 7’ 6.5”
|
Kurang
|
211 – 220
|
6’ 11” – 7’ 2.5”
|
Sumber
: (Widiastuti, 2011 : 105)
Kategori untuk perempuan
|
Cm
|
Inci
|
Baik sekali
|
Ø 200
|
Ø 6’
6.5”
|
Baik
|
191 – 200
|
6’ 3” – 6’ 6.5”
|
Cukup
|
181 – 190
|
5’ 11.5” – 6’ 2.5”
|
Sedang
|
171 – 180
|
5’ 7.5” – 5’ 11”
|
Kurang
|
161 – 170
|
5’ 3.5” – 5’ 7”
|
Sumber
: (Widiastuti, 2011 : 105)
3.2. Tes loncat Vertical Jump
Tujuan : Untuk mengukur power
dari kedua tungkai dengan cara meloncat secara vertikal.
Tingkatan
Umur : mulai dari 9 tahun hingga orang dewasa.
Jenis Kelamin : pria dan
wanita
Perlengkapan
dan alat: papan skala, bubuk kapur/bedak, dinding dengan permukaan yang rata
dengan tinggi minimal 3.65 meter, blangko dan alat tulis.
Petunjuk pelaksanaan tes:
Orang coba
berdiri menyamping dengab kaki rapat terhadap dinding yang telah dipasangi
papan skala, dan menjangkau dengan lengan lurus setinggi mungkin pada skala.
Catat tinggi raihan tersebut. Kemudian orang coba mencucukan tiga jari bagian
tengah ke bubuk kapur dan mengambil sikap jongkok dengan lutut membentuk sudut
90 - 110° seperti semula. Sambil mempertahankan kedua tumit tetap kontak dengan
lantai, orang coba sekuat dan secepatnya meloncat keatas dan meraih titik
tertinggi pada papan skala. Diberikan kesempatan 3 kali dan diambil loncatan
terbaik.
Skor : ambil
selisih antara tinggi raihan dan tinggi lompatan diambil sebagai
hasil loncatan vertical.
NORMA PENILAIAN VERTICAL JUMP (JARAK)
JARAK LONCATAN (CM)
|
NILAI
|
|
PRIA
|
WANITA
|
|
>
89
|
> 63
|
10
|
85 – 88
|
60 – 63
|
9
|
81 – 84
|
56 – 59
|
8
|
76 – 80
|
53 – 55
|
7
|
71 – 75
|
49- 52
|
6
|
66 – 70
|
46 – 48
|
5
|
60 – 65
|
41 – 45
|
4
|
50 – 59
|
36- 40
|
3
|
40 – 49
|
31 – 35
|
2
|
< 39
|
< 30
|
1
|
NORMA
PENILAIAN VERTICAL JUMP (KERJA)
JARAK LONCATAN (kerja)
|
KLASIFIKASI
|
|
PRIA
|
WANITA
|
|
> 301
|
> 134
|
Baik Sekali
|
240- 300
|
108 – 133
|
Baik
|
115 – 239
|
55
- 107
|
Cukup
|
54 – 114
|
30 - 54
|
Kurang
|
0
- 53
|
0 - 29
|
Kurang
Sekali
|
3.3. Tes Panjat Tambang Vertikal (Vertical Arm Pull test)
Tujuan : Untuk mengukur power dari kedua lengan dengan cara memanjat tali
secara vertikal.
Tingkatan
Umur : mulai dari 14 tahun hingga dewasa.
Jenis Kelamin : pria
Perlengkapan dan alat: tali
panjat, kursi atau bangku setinggi 38-40 cm, bubuk kapur, pita pengukur, blangko
dan alat tulis.
Petunjuk pelaksanaan tes:
Berat badan orang coba ditimbang dan sebaiknya berpakaian olahraga yang ringan
dan tidak mengganggu pergerakan serta tanpa sepatu, duduk di
kursi/bangku tepat dibawah tali panjat yang tergantung. Kemudian kedua tangan
menjangkau dan menggenggam tali pada titik tertinggi tanpa mengangkat pantat
dari kursi dan kaki dalam posisi menggantung. Pengetes menempatkan tanda pada
bagian atas dari tangan tertinggi yang menggenggam
tali. Kemudian, dengan satu kali usaha maksimal, orang coba
menarik-angkat tubuhnya setinggi mungkin. Pengetes menempatkan kembali tanda
diatas tangan tertinggi yang menggenggam tali. Diberikan kesempatan 3 kali dan
diambil hasil terbaik.
Skor : selisih jarak yang
diukur dari tanda pertama ke tanda kedua.
NORMA PENILAIAN VERTICAL ARM PULLTEST (JARAK)
JARAK RAIHAN (CM)
|
KLASIFIKASI
|
|
12 S/D 14 thn
|
15 S/D 17 thn
|
|
61.6 –
66.7
|
66.0 –
74.9
|
BAIK
SEKALI
|
57.2 –
60.3
|
62.2 –
65.4
|
BAIK
|
38.1 –
56.5
|
48.3 –
61.6
|
CUKUP
|
30.5 –
37.5
|
38.7 –
47.6
|
KURANG
|
0 - 29.8
|
0 - 38.1
|
KURANG
SEKALI
|
Sumber : Practical Measurement
for Evaluation in Physical education, Barry.L. Jhonson, 1979
3.4. Tes Mendorong Bola Medicine
( Two-Hand Medicine Ball Pull Test)
Tujuan : Untuk mengukur power
dari kedua lengan dengan cara mendorong bola medisin seberat 2.7 kg.
Tingkatan
Umur : mulai dari 12 tahun hingga dewasa.Jenis
Kelamin : pria dan wanita
Perlengkapan dan alat: bola
medisin seberat 2.7 kg, pita atau bubuk kapur, tali katun ukuran
kecil sepanjang 2 meter, kursi atau bangku duduk, pita
pengukur, blangko dan alat tulis.
Petunjuk pelaksanaan tes:
Orang coba
duduk tegak di kursi sambil memegang bola medisin dengan kedua tangan dan tali
dilingkarkan di dada dan ditahan oleh seorang pembantu. Pengetes memberi tanda
dengan pita di lantai pada bagian depan dari kaki kursi. Dengan
gerakan passing dada (chest pass) orang coba mendorong sekuat dan sejauh
mungkin bola medisin tanpa ada pergerakkan tubuh. Pengetes memberi tanda pada
tempat jatuhnya bola. Diberikan kesempatan 3 kali dan diambil hasil terbaik.
Skor : jarak tepanjang yang
diukur dari tanda pertama ke tanda tempat jatuhnya bola.
NORMA
PENILAIAN TWO-HAND MEDICINE BALL PUT (JARAK)
JARAK TOLAKAN (meter)
|
KLASIFIKASI
|
|
PRIA
|
WANITA
|
|
> 26
|
> 15
|
BAIK
SEKALI
|
22- 25
|
13 - 14
|
BAIK
|
14 - 20
|
8 - 12
|
CUKUP
|
10 - 12
|
5 - 7
|
KURANG
|
0 - 9
|
0 - 4
|
KURANG
SEKALI
|
Sumber : Practical Measurement
for Evaluation in Physical education, Barry.L. Jhonson, 1979
4.Kecepatan
(Speed)
4.1. Lari 50 meter
Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan
Alat dan Fasilitas :
1. Lintasan
lurus,rata,tidak licin,mempunyai lintasan lanjutan,berjarak 50 m
2. Bendera
start
3. Peluit
4. Tiang
pancang
5. Stopwacth
6. Serbuk
kapur
7. Formulir
tes
8. Alat
Tulis
Petugas Tes
1. Petugas
Pembebrangkatan
2. Pengukur
waktu merangkap sebagai pencatat hasil
Pelaksanaan
1. Sikap
permulaan
Peserta berdiri
di belakang garis star
2. Gerakan
a) Pada
aba – aba “SIAP” peserta mengambil sikap star berdiri ,sikap untuk lari
b) Pada
aba – aba “YA” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish.
3. Lari
masih Bisa diulang apabila peserta:
a) Mencuri
start
b) Tidak
melewati garis finish
c) Terganggu
oleh pelari lainnya
d) Terpeleset
Pengukuran waktu :
Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start
diangkat sampai pelari melintasi garis finish
Pencatat hasil :
1) Hasil
yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 50 m
dalam satuan detik
2) Waktu
dicatat satu angka dibelakang koma,
Tabel penialian
lari 50 meter
Skor
|
Lari 50 meter
Putra
|
Kriteria
|
Lari 50 meter putri
|
5
|
s.d - 6.7
|
Baik sekali
|
s.d – 7.7
|
4
|
6.8 - 7.6
|
Baik
|
7.8 – 8.7
|
3
|
7.7 - 8.7
|
Cukup
|
8.8 – 9.9
|
2
|
8.8 -10.3
|
Kurang
|
10.0 – 11.9
|
1
|
10.4-dst
|
Kurang sekali
|
12.0 –dst
|
1.2.Tes akselerasi
30 meter
Tujuan : Untuk memgetahui kemampuan lari dengan cepat
dan kemampuan kecepatan
Alat
: Jalur 400 meter, jalur yang ditandai
didepan sepanjang 25 meter, stopwatch, dan rekan
Pelaksanaan : tes ini terdiri dari lari 3 x 30 meter
dimulai dari start berdiri, blok start dan dengan istirahat yang cukup untuk
memulai tes diantara tes lari yang berikutnya. Rekan harus mencatat waktu yang
habiskan untuk melakukan lari 30 meter.
Jenis kelamin
|
Baik sekali
|
Baik
|
cukup
|
Sedang
|
kurang
|
Laki
|
< 4.0
|
4.2 – 4.0
|
4.4 – 4.3
|
4.6 – 4.5
|
> 4.6
|
Perempuan
|
< 4.5
|
4.6 – 4.5
|
4.8 – 4.7
|
5.0 – 4.9
|
> 5.0
|
Norma
penilaian : untuk atlet 16 – 19 tahun
Sumber
: (Widiastuti, 2011 : 116)
1.3.Tes terbang 30
meter
Tujuan : untuk mengetahui kemampuan lari dengan
kecepatan seorang
Alat : Jalur 400 meter – 60 meter sudah di
tandai, corong untuk menandai poin 30 meter, stopwatch dan rekan.
Pelaksanaan : tes ini terbagi menjadi lari 3 x 60 meter
dari start berdiri dan dengan pemulihan penuh diantara tiap hari. Atlet
mengunakan 30 meter pertama untuk membangun kecepatan maksimum dan terus
mempertahankannya sepanjang 60 meter. Tes ini dapat digabung dengan tes kecepatan
60 meter. Rekan harus mencatat waktu untuk sang atlet untuk menyelesaikan :
Ø 30
meter pertama
Ø 60
meter
Norma
Nilai :
Ranking
|
Perempuan
|
Pria
|
91 – 100
|
2.90 – 2.99 detik
|
2.50 – 2.59 detik
|
81 – 90
|
3.00 – 3.09 detik
|
2.60 – 2.69 detik
|
71 – 80
|
3.10 – 3.19 detik
|
2.70 – 2.79 detik
|
61 – 70
|
3.20 – 3.29 detik
|
2.80 – 2.89 detik
|
51 – 60
|
3.30 – 3.39 detik
|
2.90 – 2.99 detik
|
41 – 50
|
3.40 – 3.49 detik
|
3.00 – 3.09 detik
|
31 – 40
|
3.50 – 3.59 detik
|
3.10 – 3.19 detik
|
21 – 30
|
3.60 – 3.69 detik
|
3.20 – 3.29 detik
|
11 – 20
|
3.70 – 3.79 detik
|
3.30 – 3.39 detik
|
1 – 10
|
3.80 – 3.89 detik
|
3.40 – 3.49 detik
|
Sumber
: (Widiastuti, 2011 : 117)
2.
Kelentukan ( Flexibility )
5.1. Sit and
Reach Test
Tujuan : Mengukur kelentukan batang tubuh dan sendi
panggul
Alat : Lantai padat dan rata serta bangku/boks
berskala dalam satuan Cm
Pelaksanaa : peserta tes duduk dilantai dengan kedua
kaki lurus, telapak kaki tanpa alas menempel rapat pada permukaan bangku/boks
dengan bagian belakang lutut lurus menempel pada lantai.
Skor : yaitu dua kali kesempatan dan di ambil
nilai terjauh
Norma
kategori :
Jauhna Raihan ( cm )
|
Skor
|
Kategori Kelentukan
|
Ø 19
|
5
|
Sangat Baik
|
11.5 – 19
|
4
|
Baik
|
(-1.5) – 11.5
|
3
|
Cukup
|
(-6.5) – (-1.5)
|
2
|
Sedang
|
< (-6,5)
|
1
|
Kurang
|
Sumber
: ( Wahjoedi, 2001 :74 )
5.2. Tes statis fleksibilitas
pergelangan kaki (Dr.Widiastuti,M.Pd)
Tujuan : Untuk
mengukur kemampuan fleksibilitas pergelangan kaki teste
Alat dan fasilitas :
1. Bidang
yang datar atau gedung yang mempunyai dinding tembok.
2. Stopwatch
3. Alat
tulis
4. Formulir
tes
Pelaksanaan :
1. Berdiri
menghadap dinding,ujung jari menyentuh dinding,dan bersandar poada dinding
2. Geser kaki
menjauhi dinding secara perlahan sejauh mungkin
3. Pertahankan kaki
untuk berdiri,tubuh dan lutut dan lutut terbuka lebar sedangkan dada tetap
menempel pada dinding
4. Ukur jarak
antara ujung kaki dengan dinding.jarak paling pendek adalah ¼ inci
5. Ulangi sebanyak
tiga kali dan catat hasil jarak terbaik.
Penilaian : Ukuran di nyatakan dalam satuan inci.
Table penilaian penilaian fleksibilitas kaki
Kategori
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Sempurna
|
Ø 35.00
|
Ø 32.00
|
Baik
|
35.00 – 32.51
|
32.00 – 30.51
|
Cukup
|
32.50 – 29.51
|
30.50 – 26.51
|
Kurang
|
29.50 – 26.50
|
26.50 – 24.25
|
Buruk
|
< 26.50
|
<24.25
|
5.3. Tes statis fleksibilitas
bahu dan pergelangan tangan.
Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan fleksibilitas bahu
dan pergelangan tangan teste
Alat dan fasilitas :
1. Bidang
yang datar
2. Alat
tulis
3. Formulir
tes
Pelaksanaan :
1. Berbaring
tengkurap di lantai dengan ke dua tangan diluruskan memegang sebuah tongkat
2. Naikkan tongkat
setinggi mungkin,wajah mengikuti gerakan tongkat
3. Ukur jaraj
naikknya tongkat dari lantai .jarak terpendek adalah ½ inci
4. Ulangi sebanyak
tiga kali dan catat jarak terbaik
5. Ukur jarak
pangkal lengan hingga jari yang terpanjang
6. Catat nilai
terbaik dari jarak lengan
Penilaian fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan :
Klasifikasi
|
Laki- laki
|
Perempuan
|
Sempurna
|
>12.50
|
>11.75
|
Baik
|
12.50 – 11.50
|
11.75 – 10.75
|
Cukup
|
11.49 – 8.25
|
10.74 – 7.50
|
Kurang
|
8.24 – 6.00
|
7.49 – 5.50
|
Buruk
|
<6.0
|
< 5.50
|
Sementara itu dari posisi tidur terlentang, berikut langkah-langkah
melakukan kayang.
·
Tidur terlentang
·
Menekuk dua lutut
·
Merapatkan tumit pada bagian pantat atau pinggul
·
Menelungkupkan dua tangan di samping kepala dengan jempol di samping
telinga
·
Mengangkat badan, dimulai dari pinggul, perlahan dan meluruskan posisi
tangan dan kaki yang semakin berdekatan
·
Kembali ke posisi awal tidur terlentang
Selain mengetahui teknik melakukan kayang yang tepat dan benar, satu hal
lain yang harus Anda pastikan adalah mengenai beberapa kesalahan umum yang
biasa terjadi dalam melakukan olahraga kayang. Dengan mengetahui
kesalahan-kesalahan tersebut, Anda bisa menghindarinya dan secara tidak
langsung mengetahui bagaimana melakukan kayang yang tepat dan benar. Beberapa
di antara kesalahan umum dalam melakukan kayang adalah sebagai berikut;
·
Jauhnya jarak kaki dan tangan
·
Tidak lurusnya posisi siku karena karena otot yang kaku
·
Kurang melenting/membusur ke belakangnya badan karena kurangnya kelenturan
tubuh
·
Kurangnya keseimbangan
·
Posisi kepala yang terlalu menengadah ke atas
5.4. Tes Duduk dan Raih yang
telah dimodifikasi
Tujuan: Untuk mengukur pengembangan dari pinggul
dan kembali berbelok seperti juga perluasan otot-otot urat lutut pada kaki.
Obyeknya adalah untuk melihat seberapa jauh anda dapat meluaskan
ujungjari-ujungjari mu di luar garis kaki mu dengan kaki-kaki yang lurus.
Spesifikasi olahraga: (1) Melompat,
menyelam, dan keahlian trampolin; (2) lengan lurus, kaki lurus menekan
kepada jungkir di dalam latihan lantai sebagaimana di dalam
ketrampilan-ketrampilan olahraga senam yang lain.
Tingkatan Usia: Usia enam sampai perguruan
tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu tes untuk
kedua-duanya baik anak laki-laki dan anak perempuan.
Peralatan: Flexomeasure dengan alat ukur dan
tape.
Petunjuk: (1) Baris tanda 15-inch dari alat
ukur dengan satu baris di atas lantai dan beri tali pita ujung dari tongkat
ukur ke lantai sehingga kasus flexomeasure (sisi jendela) menghadap ke
bawah. (2) duduk dan luruskan tumitmu dekat tepi tanda 15-inch dan
luncurkan tempat dudukmu pada luar angka kosong sebagai akhir dari
ukuran. (3) Harus mempunyai suatu teman yang berdiri dan mengait jari
kakinya melawan terhadap tumitmu. Juga, mempunyai satu pembantu di
masing-masing sisi untuk memegang lutut-lututmu di suatu posisi yang terlihat
sebagaimana Anda persiapkan untuk melakukan peregangan. (4) Dengan
tumit tidak lebih dari 5 inci terpisah, pelan-pelan lakukan peregangan maju,
selagi mendorong alat flexomeasure sejauh dan sepanjang mungkin dengan
ujung-ujung jari dari kedua tangan. Ambil kesempatan bacamu di dekat ujung dari
alat flexomeasure.
Menentukan skor: Dari tiga percobaan terbaik yang diukur
pada perempat yang paling dekat dari suatu inci adalah hasil skor test mu.
Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan
100 wanita-wanita pada perguruan tinggi di Corpus Christi State University,
Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
|
Tingkatan
|
Wanita
|
23¾ - lebih
|
Dikedepankan/Canggih
|
25¾ - lebih
|
21¼ - 23½
|
Adv. Intermediate/antara
|
22 - 25½
|
18¾ - 21
|
Intermediate/antara
|
20 - 22¼
|
17 - 18½
|
Adv. Pemula
|
18 - 19¾
|
Di bawah - 16¾
|
Pemula
|
Di bawah - 17 ¾
|
5.5. Tes Merobek Sisi
Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan di dalam
mengangkangkan kaki. Sasarannya untuk mendapatkan selangkangan sedekat mungkin
dengan lantai.
Spesifikasi Olahraga dan Tarian: (1) Melompat,
berlatih lantai, dan gandar keseimbangan; (2) tarian modern dan tari balet.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk
kedua-duanya, anak laki-laki dan anak perempuan.
Peralatan: Sama seperti untuk Tes front-to-Rear
Splits.
Petunjuk: Sama seperti untuk Tes front-to-Rear Splits Test,
kecuali melebarkan kaki-kaki terpisah (sisi kepada sisi) sampai selangkanganmu
sedekat mungkin pada lantai.
Menentukan Skor: Sama dengan Tes front-to-Rear Splits,
kecuali penggunaan skala yang ditampilkan di dalam
Petunjuk tambahan: (1) Lutut harus dikunci pada saat
pengukuran. (2) Tangan-tangan pemain itu boleh menyentuh lantai untuk
keseimbangan selama perjanjian (3) Kemiringan pemain itu harus tidak menggeser
posisi vertikal sebelumnya selama pengukuran.
Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan
100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus
Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
|
Tingkatan
|
Wanita
|
3 – 0
|
Dikedepankan/Canggih
|
2,75 – 0
|
8 – 3,25
|
Adv. Intermediate/antara
|
7,50 – 3
|
17,50 – 8,25
|
Intermediate/antara
|
16,75 – 7,75
|
2250 -1775
|
Adv. Pemula
|
21,50 – 17
|
Di atas – 22,75
|
Pemula
|
Di atas – 21,75
|
5.6. Test Perputaran Bahu
Tujuan: Untuk mengukur tingkat kepada yang mana
bahu-bahu akan berputar dengan sama seperti batas suatu genggaman yang paling
mungkin.
Spesifikasi Olahraga: (1) Gaya kupu-kupu, gaya lintas
tayang, dan gaya punggung di dalam berenang, (2) pindahkan dan memasukkan ke
dalam ring (besi lingkar), palang yang tidak seimbang, dan palang horisontal di
dalam olahraga senam.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak
laki-laki dan anak-anak perempuan.
Peralatan: 60 inci dari tali dan flexomeasure dengan
alat ukur dan tongkat pemandu disisipkan.
Petunjuk: (1) tangkap salah satu ujung tali untuk
dengan tangan kirimu dan tangkap tali dengan tangan kananmu dengan cara seperti
beberapa inci jauhnya. (2) Lebarkan kedua lengan untuk memenuhi panjang di
depan dadamu dan putarlah tali melewati atas kepalamu. Ketika Anda menemui
balasan dalam memutar bahu-bahumu, anda harus membiarkan tali untuk meluncur di
dalam genggaman tangan kananmu sehingga lengan itu dapat melebar dan membiarkan
anda untuk menurunkan tali sampai berhenti menyilang punggungmu. (3) Usahakan
lenganmu tetap terkunci, putar ke posisi awal dan ukur banyaknya inci tali di
antara ibu jari dari tangan-tanganmu. Sedikitnya jumlah jarak mengindikasikan
kinerja yang lebih baik. (4) Amankan lebar bahu maksimum menjauhkan punggung
dari deltoid ke deltoid dengan menggunakan flexomeasure.
Menentukan Skor: lebar bahumu dikurangi dari jumlah
semua inci dari skormu yang terbaik dari tiga percobaan.
Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang
laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State
University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
|
Tingkatan
|
Wanita
|
7 – kurang
|
Dikedepankan/Canggih
|
5 – kurang
|
11,50 – 7,25
|
Adv. Intermediate/antara
|
9,755 – 5,25
|
14,50 – 11,75
|
Intermediate/antara
|
13 – 10
|
19,75 – 14,75
|
Adv. Pemula
|
17,75 – 13,25
|
Di atas – 20
|
Pemula
|
Di atas – 18
|
5.7. Tes Perluasan Mata Kaki
(Penekukan Tapak Kaki)
Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan mata kaki
(penekukan tapak kaki)
Spesifikasi Olahraga dan Tari: Berenang, menyelam,
olahraga senam, tarian dan menyelam, perluasan mata kaki menambah keindahan
gerakan selagi di dalam renang dan saat melompat dimana ia menambah daya guna
(efisiensi) mekanik.
Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.
Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak
laki-laki dan anak-anak perempuan.
Peralatan: Alat flexomeasure dengan alat ukur dan
garis pemandu disisipkan. Pastikan garis A-B dari alat berada di dalam angka
kosong dekat dengan ujung alat ukur. Lihat Catatan Tambahan C-2 untuk test yang
lain dengan busur derajad.
Petunjuk: (1) Lepaskan sepatu-sepatumu dan ambil suatu
posisi duduk di atas lantai dengan kaki kananmu selurus mungkin. ( 2)
Perintahkan asistenmu menempatkan posisi alat ukur pada angka nol di atas
lantai dan meluncurkan alat mengarah ke bawah sampai pemandu garis berhenti ke
seberang titik yang paling rendah dari tulang tulang kering. (3) Lebarkan mata
kaki mengulangi pengukuran di titik yang paling tinggi dari kaki (tidak juga
jari kaki atau kura-kura kaki) selama perluasan maksimum. (4) Ulangi pengukuran
di titik yang paling tinggi dari kaki. (5) Rekam/catat perbedaan antara garis
kaki bagian atas (selama perluasan ) dan garis tulang kering terendah kepada
salah satu yang paling dekat - delapan inci untuk masing-masing kaki.
Menentukan Skor: Rata-rata perbedaan kaki kanan dengan
perbedaan skor kaki kiri dan membandingkan kinerjamu kepada skala di Tabel 6-8.
Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang
laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State
University, Corpus Christi, Tx., 1977.
Laki-laki
|
Tingkatan
|
Wanita
|
0,75 – Kurang
|
Dikedepankan/Canggih
|
0,50 – Kurang
|
1,50 – 1
|
Adv. Intermediate/antara
|
1,25 – 0,75
|
2 – 1 ,75
|
Intermediate/antara
|
1,75 – 1,50
|
3 – 2,25
|
Adv. Pemula
|
2,25 – 2
|
Di atas – 3,25
|
Pemula
|
3.
Kelincahan ( Agility )
6.1. Dogging Run
Tujuan
mengukur kemampuan merubah arah berlari sasaran laki laki dan perempuan yang
berusia 10 tahun keatas,
perlengkapan
·
stopwatch, pita isolasi
warna untuk membuat garis start,
·
cat atau kapur untuk
membuat tanda arah lari,
·
lembing atau benda lain
yang tidak berbahaya untuk dijadikan rintangan
·
lapangan
·
garis start sepanjang
1,83 m (6 feet)
·
rintangan pertama di
depan garis start sejauh 3,66 m(12 feet ).
·
Rintangan kedua didepan
rintangan pertama sejauh 1,83 m.
·
Rintangan ke tiga dan
ke empat masing masing sejauh 1,83 m.
Pelaksanaan: Testi
berdiri sedekat mungkin di belakang garis start, kemudian berlari
secepat-cepatnya menurut arah yang ditentukan.
Penilaian:
·
Catat waktu yang
ditempuh mulai dari start sampai dengan finish.
·
Tes dilakukan 2 kali
pelaksanaan dan diambil waktu yang terbaik
Sumber (Ismiyati: 2008 : 41).
Gender
|
Excellent
|
Above average
|
Average
|
Below averge
|
Poor
|
Male
|
<11.2 secs
|
11.2-13.3 secs
|
13.4-15.5 secs
|
15.6-17.8 secs
|
>17.8 secs
|
Female
|
<12.2 secs
|
12.2-15.3 secs
|
15.4 -18.5 secs
|
18.6-21.8 secs
|
>21.8 secs
|
Sumber
(widiastuti 2011,131
3.2.Agility run
Tujuan tes :
Untuk mengetes kelincahan lari.
Peralatan
yang dibutuhkan : 8 buah kun, Stopwatch
Prosedur
pelaksanaan tes: Panjang area tes adalah 10 meter dan lebarnya (jarak
titik start dengan finis) adalah 5 meter. 4 kun digunakan sebagai tanda start,
finis, dan untuk titik memutar 2 kun. 4 kun lainnya disimpan di tengah-tengah
diantara titik start dan finis. Jarak tiap kun yang di tengah adalah 3.3
meter.
Subjek
siap-siap untuk berlari dengan posisi badan condong ke depan. Ketika ada
aba-aba "Ya", stopwatch dijalankan, dan subjek lari secepat mungkin
kemudian mengubah arah gerakan sesuai dengan alur gerakan yang terlihat pada
gambar disamping tanpa mengenai atau menyenggol kun yang ada sampai ke titik
finis. Hasil: Skor yang bagus
bagi laki-laki adalah di bawah 15.2 detik dan perempuan di bawah 17 detik.
untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel norma kualitas kelincahan menurut
Davis B pada tahun 2000.
Rating
|
Males
|
Females
|
Excellent
|
<15.3
|
<17.0
|
Above average
|
16.1-15.2
|
7.9 =17.0
|
Average
|
18.1 1-16.2
|
21.7-18.0
|
Below averge
|
18.3-18.2
|
23.0-21.8
|
Poor
|
>18.3
|
23.0
|
Sumber
(widiastuti 2011,128)
3.3.Quick feet test
Tujuan
tes ini utuk mengukur kelincahan seorang
atlet atau siswa peralatan yang diperlukan tempat yang permukaan yang
datar dan rata, stopwacth, tongkat yang panjang nya 6O cm. Proses pelaksanaan
tempatkan tongkat secara terpisah berjarak 18 inci(45 cm} secara terpisah pada
tnah yang permukaan datar yang membuat
jarak 10 meter (9.14m}. kemudian siswa mulai berlari untuk melagkahi tongkat
yang telah disusun dan dicatat waktu yang ditempuh dari mulai mellewati anak tangga
pertama sampai anak tangga terakhir.istirhat selama dua menit untuk mengulang
tes. Penilaian catatlah hasil terbaik dari dua kali percobaan.
|
Excellent
|
Above Average
|
Average
|
Below Average
|
Poor
|
Male
|
<2.8 secs
|
2.8 - 3.6 secs
|
3.7 - 4.4 secs
|
4.5 - 5.2 secs
|
>5.2 secs
|
Female
|
<3.4 secs
|
3.4 - 4.2 secs
|
4.3 - 5.0 secs
|
5.1 - 5.8 secs
|
>5.8 secs
|
3.4.Side Step Test
Tujuan
tes ini untuk mengukur kelincahan seorang atlet atau siswa peralaatn
tempat yang datar dan rata, meteran,stopwatch, prosedur pelaksanaan subjek
berdiri di garis tengah, kemudian melompat 30 cm ke sisi kanan kiri melompat
kembali ke pusat. Ini adalah satu siklus lengkap subyek melakukan tes selama
satu menit dan kemudian dicatat berapa banyak dapat melakukan lompatan kekanan
dan kekiri.
Norma
penilaian test,
|
Poor
|
Fair
|
Average
|
good
|
high
|
Famale
|
<33
|
32=37
|
38=41
|
42=45
|
46
|
Male
|
<37
|
38=41
|
42=45
|
46=49
|
5O
|
4.
Keseimbangan ( Balance )
7.1. Stork stand
Tujuan mengukur keseimbangan statis, sasaran laki-laki dan
perempuan yang berusia diatas 10 tahun.pelengkapan yang digunakan stopwatch.
a.
Berdiri dengan nyaman pada kedua kaki
b.
Letakkan kedua tangan pada pinggang
c.
Angkat satu tungkai dengan menyandarkan jari jari kaki
pada knee sisi kontralateral
d.
Kemudian, kaki yang menumpu disuruh berjinjit.
e.
Asisten menjalankan stopwatch.
f.
Pertahankan posisi tersebut selama mungkin tanpa tumit
menyentuh lantai atau kaki bergeser diatas patella.
g.
Asisten mencatat waktu yang dicapai selama
mempertahankan balance.
h.
Hasilnya dicocokkan dengan tabel Standing Stork test
Penilaian : waktu yang terlama dalam mempertahankan keseimbangan
merupakan wakt yang digunakan untuk menilai keseimbangan testi, waktu dicatat
dalam detik dimulai dari saat testi
mengangkattumit sampai mulai kehilangan keseimbangannya.
Rating
|
Score (seconds)
|
Excelled
|
>50
|
Good
|
40-50
|
Average
|
25-39
|
Fair
|
10-24
|
Poor
|
<10
|
4.2.Bass
stick test (lengthwise and crosswise)
Tujuan mengukur keseimbangan statis,sasaran laki-laki dan
perempuan yang berusia 10 tahun keatas,perlengkapan isolasi untuk menenpelkan
balok dilantai, balok dengan ukuran panjang 30,48 cm,lebar 2,54, dsan tebal
2,54 cm.
Pelaksanaan test:
·
testi berdiri di atas
balok searah panjang nya atau melintang dengan kaki yang dominan ,tumit atau
jari –jari kaki yang lain diletak kan dilantai.
·
Dengan diberi aba-aba
ya kaki yang diletakkan dilantai diangkat dari lantai, jaga keseimbang nya
selama mungkin tester memberi aba-aba cukup bila lebih dari 60 detik. Ulangi
dengan kaki yang sama sebanyak 3 kali.
·
Lakukan dengan kaki
yang lain ulangi 3 kali
·
Bila testi kehilangan
keseimbangan dalam waktu 3 detik tes diulang.
Penilaian : Jumlah waktu seluruh ulangan yang dilakukan ( 6
kali ), waktu yang di catat adalah waktu yang digunakan untuk mempertahankan
keseimbangan dimulai dari aba-aba YA sampai testi kehilangan keseimbangan.
5.
Koordinasi ( Coordination )
8.1. Lempar –tangkap
bola tenis
Tujuan
mengukur koordinasi mata tangan, sasaran laki-laki dan perempuan yang berusia
15 tahun ke atas, perlengkapan bola tenis, tembok sasaran. Pelaksanaan : dengan
satu tangan dan ditangkap dengan tangan yang lain. Sebelum melakukan tes, testi
boleh mencoba terlebih dahulu sampai merasa terbiasa.
Penilaian
tiap lemparan yang mengenai sasaran dan ditangkap dengan tangan memperoleh
nilai 1. Untuk memperoleh nilai 1: Bola harus dilemparkan dengan uderarm(lemparan
dari bawah samping badan). Bola harus mengenai sasaran. Bola harus mengenai
sasaran. Bola harus berhasil ditangkap tanpa terhalang badan. Testee tidak
beranjak atau berpindah kedepan garis batas untuk menangkap bola. Jumlah skor
hasil 30 detik lemparan pertama dan 30 detik lemparan kedua.
Norma
penilaian hasil Kemampuan Koordinasi Mata Tangan yang Menggunakan Tes Lempar
Tangkap Bola Tenis Usia 15 tahun Keatas.
NO
|
Kategori
|
15 tahun Keatas
|
1
|
Baik Sekali
|
>18
|
2
|
Baik
|
14-17
|
3
|
Sedang
|
9-13
|
4
|
Kurang
|
5-8
|
5
|
Kurang Sekali
|
< 4
|
(Sumber: Dispora 2006:114)
5.2.Soccer
wall volley test
Tujuan: mengukur koordinasi mata-kaki koordinasi
seluruh tubuh dan kelincahan.
Perlengkapan
lapangan tes yang terdiri atas:
·
Daerah sasaran dibuat dengan garis di dinding yang
rata dengan ukuran panjang 2,44 m dan tinggi dari lantai 1,22m.
·
Daerah tendangan di depan daerah sasaran berbentuk
segi empat dengan ukuran 3,65 m dan 4,23m. Daerah tendangan berjarak 1,83dari
dinding daerah sasaran.
Pelaksanaan:
Bola sepak diletakkan di belakang garis batas yaitu 1,83 Meter di depan
sasaran. Subyek berdiri di belakang garis batas dekat bola dan menghadap ke
sasaran. Pada aba-aba “ya”, subyek mulai menyepak bola ke sasaran (tembok
dengan batas tertentu). Bola yang terpantul dari tembok sasaran segera disepak
kembali dan tidah boleh di pegang dengan tangan, hal ini dilakukan terus
menerus dan secepat mungkin selama 20 detik. Kesempatan melakukan tes ini
sebanyak tiga kali. Yang terbaik dari tiga kali kesempatan adalah kemampuan
koordinasi mata kaki dari subyek yang diteliti.
Penilaian :
·
kemampuan koordinasi mata kaki adalah banyaknya
sepakan yang sah dapat dilakukan subyek selama 20 detik.
·
Tiap sepakan bola kaki yang dilakukan di bagian
belakang garis batas 1,83 meter di depan sasaran di beri nilai satu
·
Sepakan yang tidak sah tidak dihitung.
·
Bola harus mengenai sasaran
·
Bola harus dikontrol atau di blok dahulu sebelum di
tendang kembali
·
Pada waktu menendang atau mengontrol bola testi tidak
boleh kluar dari daerah tendangan
·
Bila testi menghentikan atau mengontrol bola dengan
tangan nilainya dikurangi 1.
·
Bila bola tidak mengenai sasaran tidak mendapatkan
nilai
·
Nilai total yang diperoleh adalah jumlah nilai
tendangan yang terbanyak dari ketiga ulangan yang dilakukan.
9. Ketetapan ( Accuracy )
9.1. Nama tes : tes persepsi kinestetik
Tujuan: mengukur kemampuan kinestetik dalam menentukan posisi tertentu
pada bidang horizontal
Alat/fasilitas : meteran, penutup mata, pensil
Pelaksanaan
: di buat garis
vertikal pada dinding setinggi mata rata-rata testi pada posisi duduk.
Testi berkosentrasi pada garis lurus pada ujung ke ujung, kemudian mencoba sekali menunjuk ujung garis
atas dan berpindah menunjuk ujung yang lainnya, setelah mencoba sekali tutut
mata dan melakukan tes yang sebenarnya. Testi di minta menunjuk pada
kedua titik tersebut testi melakukan 4 kali ulangan 2 kali titik
sebelah kiri dan 2 kali titik sebelah kanan.
Penilaian
: Penyimpangan dari titik yang di tentukan di ukur dalam (cm) sampai 0,5cm
terdekat, nilainya yaitu 4 kali jumlah ulangan.
10.Reaksi ( Reaction )
10.1. Tes kecepatan reaksi
tangan
Tujuan : Untuk mengukur kemampuan tangan untuk
melakukan reaksi terhadap suatu stimulus
Alat dan fasilitas:
1. Meja
dan kursi
2. Mistar
3. Alat
tulis
4. Formulir
tes
Pelaksanaan tes :
1. Testee
dalam keadaan duduk di kursi dengan kedua tangannya berada disisi meja,dengan
jarak tangan kanan kurang lebih 30 cm
2. Testee
memegang mistar reaksi kemudian menjatuhkan secara vertical diantara kedua
telapak tangan testee dari atas tanpa aba-aba
3. Bersamaan
dengan jatuhnya tongkat reaksi .testee segera berusaha menjepit mistar reaksi
tersebut secepat mungki dengan mengguanakan kedua tangannya.
4. Testee
diberi kesempatan melakukan tes sebnayak 3 kali
Penilaian :
Angka yang terbaik ditunjukkan
telapak tangan bagian bawah pada mistar dari 3 kali melakukan tes merupakan
nilai kecepatan reaksi tangan testee
10.2. The Nelson
Foot Reaction Test
Tujuan : Mengukur kecepatan reaksi kaki
Alat : meja, dinding rata dan mistar Reaction
test
Pelaksanaan : peserta tes duduk rileks di atas meja,
salah satu kaki 2.5 cm dari permukaan dinding didepannya dan tumit kaki 5 cm
dari permukaan dinding. Jarak antara bagian tepi meja dengan permukaan dinding
tidak boleh kurang dari 2,45 cm. Tester memegang ujung atas mistar reaction
test dengan ujung bawah mistar tak berada di antara dinding dan telapak kaki
peserta tes.
Skor : pengukuran rata – rata 10 kali percobaan
untuk tercepat 5 kali dan 5 kali percobaan terlambat.
Whole Body Reaction
Time Test
Untuk melakukan tes whole body
reaction time peneliti menggunakan whole body
reaction time test. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
whole body reaction time dari seorang sampel. Jenis tes ini terdapat 2 macam yaitu :
a.
Visual Yaitu melakukan tes dengan cara
menggunakan indra penglihatan.
b.
Audio
c.
Yaitu melakukan tes dengan cara
menggunakan indra pendengaran.
Miyatake, N. (2012, hlm. 4) menyatakan
bahwa norma whole body reaction time tes sebagai
berikut :
·
Istimewa = 0.001 – 0.100
·
Bagus sekali = 0.101– 0.200
·
Bagus = 0.201 – 0.300
·
Cukup / Sedang = 0.301 – 0.400
·
Kurang = 0.401 – 0.500
·
Kurang Sekali = 0.501 – ke atas
Satuan alat ini adalah detik atau second
Langkah-langkah tes whole body
reaction time
·
Sampel berdiri diatas alas whole
body reaction
·
Pandangan kearah sensor yang akan
mengeluarkan cahaya.
·
Ketika lampu menyala, sampel secepatnya
bereaksi dengan membuka kedua kaki atau melompat kekiri atau kekanan
·
Untuk setiap sampel melakukan 5 kali
tes, kemudian diambil hasil paling baik
·
Setelah itu akan diketahui data dari
seorang sampel
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes dan
pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam
melakukan penilaian, penilaian membutuhkan yang namanya data untuk menghasilkan
penilaian yang obyektif. Tes dan pengukuran membutuhkan alat alat dalam
pengukuran, bayangkan bila tidak alat pengukura. Kemungkinan kemajuan kemajuan
dalam segala bidang akan terlambat dan tidak mempunyai sasaran yang
tepat. Dengan adanya tes dan pengukuran, segala program dibidang apa saja dapat
di kontrol dan di evaluasi.
Tes dan
pengukuran juga merupakan bagian yang intergral dalam hasil belajar siswa. Tes
dan pengukuran yang dilakukan dalam bidang keolahragaan dan pendidikan harus dapat
mendasarkan diri
B. Saran
1. Melalui
makalah ini, penulis berharap pembaca dapat memahami tentang tes dan pengukuran
dalam olahraga yang dapat di padukan menjadi sesutau yang yang baik.
2. Dalam
mempelajari mata kuliah tes dan pengukuran kami juga sebagai penulis masih
mempunyai banyak kekeliruan, dan kami juga masih perlu mempunyai literature.
DAFTAR PUSTAKA
Ismaryati.
2008. Tes dan Pengukuran Olahraga.
Surakarta.
Sajoto.
1995. Pengembangan dan Pembinaan Kekuatan kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta:
Dahara Prize.
Wahjoedi.
2001. Landasan Evaluasi Pendidikan
Jasmani. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Widiastuti.
2011. Tes dan Pengukuran Olahraga.
Jakarta : PT. Bumi Timur Jaya.
Sumber Internet :
https://prezi.com/9fe08tpshxrl/tes-dan-pengukuran-penjas/
di akses tanggal 12 maret 2018
Komentar
Posting Komentar